Minggu, 09 Desember 2018

Makalah Keperawatan Hyperemis Gravidarum


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu proses dari kehidupan seorang wanita, proses ini akan menyebabkan terjadinya perubahan fisik, mental dan sosial yang dipengaruhi beberapa faktor fisik, psikologis, lingkungan, sosial budaya serta ekonomi. Pada masa kehamilan terdapat berbagai komplikasi atau masalah-masalah yang terjadi, seperti halnya mual-muntah yang sering di alami pada ibu hamil yang merupakan salah satu gejala paling awal kehamilannya. Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari dan bahkan dapat membahayakan hidup ibu hamil. Disamping itu Hiperemesis Gravidarum juga yaitu mual dan muntah yang berat sehingga menyebabkan pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum Ibu menjadi buruk Mual dan muntah 60-80% sering terjadi pada primigravida,
(Tiran, 2009) Mual (Nausea) dan muntah (Emesis Gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering terdapat pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Prawirohardjo, 2007). Mual muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh berkurang, sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) dan sirkulasi darah ke jaringan terlambat. Jika hal itu terjadi, maka konsumsi oksigen dan makanan ke jaringan juga ikut berkurang. Kekurangan oksigen dan makanan ke jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat mengurangi kesehatan ibu dan perkembangan janin yang dikandungnya. Kasus semacam ini memerlukan penanganan yang serius.
Berdasarkan paparan diatas kami mengangkat judul mengenai “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HYPEREMIS GRAVIDARUM”
B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Konsep Dasar Medik pada Hyperemis Gravidarum?
2.      Bagaimana Konsep Dasar Keperawatan pada Hyperemis Gravidarum?

C.  Tujuan Penulisan
1.        Untuk mengetahui Konsep Dasar Medik pada Klien dengan Hyperemis Gravidarum
2.        Untuk mengetahui Konsep Dasar Keperawatan pada Klien dengan Hyperemis Gravidarum






















BAB II
KONSEP DASAR MEDIK
A.  Defenisi
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala apa  yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti appendisitis, pielititis, dan sebagainya. 
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi.
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama masa hamil. Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sickness normal yang umum dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama trimester pertama kehamilan.
Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa kehamilan, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan.

B.  Anatomi Fisiologi
1.    Alat kelamin luar (genetalia eksterna)
a.    Monsveneris
Bagian yang menonjol meliputi bagian simfisis yang terdiri dari jaringan lemak, daerah ini ditutupi bulu pada masa pubertas.
b.   Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva dilingkari oleh labio mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi satu dan membentuk kommisura posterior dan perineam. Di bawah kulitnya terdapat jaringan lemak seperti yang ada di mons veneris.
c.    Labio mayora
Labio mayora (bibir besar) adalah dua lipatan besar yang membatasi vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat pubertas tumbuh rambut di mons veneris dan pada sisi lateral.
d.   Labio minora
Labio minora (bibir kecil) adalah dua lipatan kecil diantara labio mayora, dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labio minora adalah vestibulum.
e.    Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labio minora), maka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum, dalam vestibulum terdapat muara-muara dari liang senggama (introetus vagina uretra), kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri dan kanan.
f.     Himen (selaput dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dan liang senggama ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar, letaknya mulut vagina pada bagian ini, bentuknya berbeda-beda ada yang seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan yang lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari.
g.    Perineum
Terbentuk dari korpus perineum, titik temu otot-otot dasar panggul yang ditutupi oleh kulit perineum.
2.    Alat kelamin dalam (genetalia interna)
a.    Vagina
Tabung, yang dilapisi membran dari jenis jenis epitelium bergaris, khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari vestibulum sampai uterus 7½ cm. Merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9 cm, lebih pendek dari dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah dalam berlipat-lipat disebut rugae.
b.   Uterus
Organ yang tebal, berotot berbentuk buah Pir, terletak di dalam pelvis antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan  2 cm. Berat 50 gr,± 5 cm, tebal ±ligament. Panjang uterus 7½ cm, lebar  dan berat 30-60 gr. Uterus terdiri dari :
1)   Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri dapat memperkirakan usia kehamilan.
2)   Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bgian ini berfungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
3)   Servix uteri
Ujung servix yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri internum.
4)   Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus dibawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus. 
c.    Tuba Fallopi
Tuba fallopi dilapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus. Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa yang memberikan nutrisi pada ovum. Tuba fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2 saluran telur kiri dan kanan. Panjang kira-kira 12 cm tetapi tidak berjalan lurus. Terus pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk memeluk ovum saat ovulasi agar masuk ke dalam tuba
3.    Fisiologi kehamilan
Manusia Terbentuk diawali oleh pertemuansebuah sel telur (ovum) dengan sebuah sel sperma(spermatozoa). Pertemuan ini menghasilkan noktah yang disebut zigot. Di dalam perut ibu, zigot lama-kelamaan akan tumbuh berkembang menjadi janin. Pada manusia, proses pertumbuhan janin di dalam perut ibu dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pertumbuhan janin trimester pertama, trimester kedua, dan trimester ketiga. Satu trimester itu adalah selama 13 minggu atau kurang lebih tiga bulan.
a.    Tahapan Perkembangan janin Trimester Pertama
Trimester pertama merupakan waktu pembentukan dan gan pesat dari semua sistem dan organ tubu bayi. Semua cikal bakal organ penting  janin terbentuk di trimester ini. Yang harus diperhatikan benar, kurun waktu ini amat rawan terhadap kemungkinan terjadi kecacatan fatal.
b.   Pertumbuhan Janin Trimester Kedua
Pertumbuhan janin di trimester kedua ditandai dengan percepatan pertumbuhan dan pematangan fungsi seluruh jaringan dan organ tubuh.
c.    Pertumbuhan Janin Trimester Ketiga
Pada trimester ketiga, masing-masing fungsi organ tubuh semakin matang. Gerakan janin makin kuat dengan intensitas yang makin sering, sementara denyut jantungnya pun kian mudah didengar.

C.  Klasifikasi
Tidak ada batasan yang jelas antara mual yang bersifat fisiologis dengan hiperemesis gravidarum, tetapi bila keadaan umum ibu hamil terpengaruh sebaiknya dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.Menurut berat ringannya gejala hiperemesis gravidarum dapat dibagi ke dalam tiga tingkatan sebagai berikut :
1.    Tingkat I
2.    Tingkat II
3.    Tingkat III


D.  Etiologi
Etiologi hyperemis gravidarum belum diketahui dengan pasti, dahulu penyakit ini dikelompokkan kedalam penyakit toksemia gravidarum karena diduga adanya semacam “racun” yang berasal dari janin atau kehamilan, penykit ini juga digolongkan kedalam gentosis bersama pre eklamsi dan eklamsi. Menurut Sastrawinata (2005), nama gestosis dini diberikan untuk hiperemis gravidarum dan gestosis lanjut untuk hipertensi (pre-eklamsi dan eklamsi) dalam kehamilan.
Beberapa teori menjelaskan penyebab terjadinya hyperemis gravidarum, namun tak satupun yang dapat menjelaskan proses terjadinya secara tepat (Simpson, et all., 2001). Teori tersebut antara Lain Teori Endokrin, Teori Metabolic, Teori Alergi, Teori Infeksi, Dan Teori Psikosomatik (Family Nurse Practitioner Program, 2002; Kuscu & Koyuncu, 2002; Tiran, 2004).
1.      Teori Endokrin, menyatakan bahwa peningkatan kadar progesterone, estrogen, dan Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dapat menjadi faktor pencetus mual muntah. Peningkatan hormone progesterone menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi, hal itu mengakibatkan penurunan motilitas lambung sehingga pengosongan lambung melambat. Refluks esophagus, penurunan motilitas lambung, dan penurunan sekresi dari asam hidroklorid juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Selain itu HCG juga menstimulasi kelenjar tiroid yang dapat mengakibatkan mual muntah.
2.      Teori Metabolik menyatakan bahwa kekurangan vitamin B6 dapat mengakibatkan mual muntah pada kehamilan. Adanya histamin sebagai pemicu dari mual muntah mendukung ditegakkannya teori alergi sebagai etiologi hyperemis gravidarum. Lebih jauh, mual dan muntah berlebihan juga terjadi pada klien yang sangat sensitive terhadap sekresi dari korpus luteum
3.      Teori Infeksi, menurut penelitian yang dilakukan oleh Kocak, et al. (1999) menemukan adanya hubungan antara infeksi Helicobacter pylori dengan terjadinya hyperemis gravidarum, sehingga dijadikan dasar dikemukakannya teori infeksi sebagai penyebab hiperemis gravidarum.
4.      Faktor psikologis, menurut Leeners & Sauer (2000) menyatakan bahwa faktor psikologis sangat kuat terlibat sebagai etiologi hiperemis gravidarum dan dampaknya tidak hanya pada lama dan beratnya gejala namun juga menimbulkan resisten terhadap pengobatan yang diberikan. Mazotta, et all. (2000) menyetujui hal ini dan mengakui bahwa beratnya muntah ada hubungannya dengan resistensi pemberian medikasi antiemetik. hyperemis gravidarum merupakan keadaan gangguan psikologis yang dirubah dalam bentuk gejala fisik. Kehamilan yang tidak direncanakan dan tidak diinginkan serta tekanan pekerjaan dan pendapatan menyebabkan terjadinya perasaan berduka, ambivalen, serta konflik, dan hal tersebut dapat menjadi faktor psikologis penyebab hiperemis gravidarum.

E.  Patofisiologi
Patofisiologi hiperemis gravidarum masih belum jelas namun peningkatan kadar progesterone, estrogen, dan Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dapat menjadi faktor pencetus mual muntah. Peningkatan hormone progesterone menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi, hal itu mengakibatkan penurunan motilitas lambung sehingga pengosongan lambung melambat. Refluks esophagus, penurunan motilitas lambung, dan penurunan sekresi dari asam hidroklorid juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah muntah. Hal ini diperberat dengan adanya penyebab lain berkaitan dengan faktor psikologis, spiritual, lingkungan, dan sosiokultural.
Hiperemis Gravidarum yang merupakan komplikasi pada hamil muda bila terjadi terus-menerus daoat menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit disertai alkalosis hipokloremik, serta dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energy. Oksidasi lemak yang tidak sempurna menyebabkan ketosis dengan tertimbunnya asam asetoasetik, asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah.
Kekurangan intake dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraselular dan plasma berkurang. Natrium dan klorida dalam darah maupun dalam urine turun, selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga menyebabkan aliran darah ke jaringan berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal berakibat frekuensi muntah bertambah banyak, sehingga dapat merusak hati dan terjadilah “lingkaran setan” yang sulit dipatahkan.
Keadaan dehidrasi dan intake yang kurang mengakibatkan penurunan berat badan yang terjadi bervariasi tergantung durasi dan beratnya penyakit. Pencernaan serta absorpsi karbohidrat dan nutrisi lain yang tidak adekuat mengakibatkan tubuh membakar lemak untuk mempertahankan panas dan energi tubuh. Jika tidak ada karbohidrat maka lemak digunakan untuk menghasilkan energi, akibatnya beberapa hasil pembakaran dari metabolism lemak terdapat dalam darah dan urine (terdapat atau kelebihan keton dalam urine)
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya nonprotein nitrogen, asam urat, urea, dan penurunan klorida dalam darah. Kekurangan vitamin B1, B6, dan B12 mengakibatkan terjadinya neuropati perifer dan anemia bahkan pada kasus berat, kekurangan vitamin B12 dapat mengakibatkan terjadinya Wernicke enchepalopati, hal tersebut juga didukung oleh Friedman (1998), Manuaba (2001), dan Wiknjosastro (2002) yang menyatakan bahwa Wernicke enchepalopati dapat timbul sekunder akibat defisiensi tiamin.
A.  Manifestasi Klinik
Menurut berat ringannya gejala hiperemis gravidarum dapat dibagi kedalam tiga tingkatan, yaitu :
1.      Tingkat 1
Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada tingkatan ini klien merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistol menurun, dapat disertai peningkatan suhu tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering, dan mata cekung.
2.      Tingkat II
Klien tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, suhu kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus, berat badan turun, hemokonsentrasi, oligouria, dan konstipasi. Aseton dapat tercium dari hawa pernapasan karena mempunyai aroma yang khas, dan dapat pula ditemukan dalam urine.
3.      Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nada kecil dan cepat, tekanan darah menurun, serta suhu meningkat. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai Wernicke enchepalopati. Gejala yang dapat timbul seperti nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya icterus menunjukkan terjadinya payah hati. Pada tingkatan ini juga terjadi perdarahan dari esophagus, lambung dan retina.

B.  Pemeriksaan Diagnostik
1.    Urinalis untuk menentukan adanya infeksi atau dehidrasai meliputi pemeriksaan keton, albumin dan berat jenis urin
2.    Kadar hemoglobi (Hb ) dan hematoktit (Ht)
3.    Pemeriksaan elektrolit jika terjadi dehidrasi dan diduga terjadi muntah berlebihan meliputi pemeriksaan natrium, kalium, klorida dan protein
4.    Pemeriksaan Blood Urea Nitrogen (BUN), nonprotein nitrogen dan kadar asam
5.    Tiroid Stimulating hormone (TSH) untuk menetukan penyakit pada tiroid
6.    CBC, amylase, lipase, keadaan hati atau jika diduga terjadi infeksi sebagai penyebab
7.    Foto abdomen jika ada indikasi gangguan abdomen akut
8.    Kadar hCG jika diduga kehamilan multipel atau molahidatiformis

C.  Penatalaksanaan
Pengobatan yang baik pada hyperemesis gravidarum sehingga dapat mencegah hiperemesis gravidarum. Dalam keadaan muntah berlebihan dan dehidrasi ringan, penderita hyperemesis gravidarum sebaiknya dirawat sehingga dapat mencegah hyperemesis gravidarum. Konsep pengobatan yang dapat diberikan sebagai berikut
a.    Isolasi dan pengobatan psikologis
Dengan melakukan isolasi di ruangan sudah dapat meringankan wanita hamil karena perubahan suasana dari lingkungan rumah tangga. Petugas dapat memberikan komunikasi, informasi dan edukasi tentang berbagai masalah berkaitan dengan kehamilan
b.    Pemberian cairan pengganti
Dalam keadaan darurat diberikan cairan pengganti sehingga keadaan dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti yang dapat diberikan adalah glukosa 5% - 10% dengan keuntungan dapat mengganti cairan yang hilang  dan berfungsi sebagai sumber energi, sehingga terjadi perubahan metabolisme dari lemak dan protein menuju kea rah pemecahan glukosa. Dalam cairan dapat ditambahkan vitamin C, B kompleks atau kalium yang diperlukan untuk kelancaran metabolisme.
Selama pemberian cairan harus mendapat perhatian tentang keseimbangan cairan yang masuk dan keluar melaui kateter, nadi, tekanan darah, suhu dan pernafasan. Lancarnya pengeluaran urine memberikan petunjuk  bahwa keadaan wanita hamil berangsur-angsur membaik.
c.    Obat yang dapat diberikan
Memberikan obat pada hiperemis gravidarum sebaiknya berkonsultasi dengan dokter, sehingga dapat dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik (dapat menyebabkan kelainan kongenital cacat bawaan bayi) Komponen (susunan obat) yang dapat diberikan
1)   Sedative ringan
a)   Phenobarbital (luminal) 30 mg
b)   Valium
2)   Anti alergi
a)   Antihistamin
b)   Dramamin
c)   Avomin
3)   Obat anti mual muntah
a)   Mediamer B6
b)   Emetrole
c)   Stimetil
d)  Avopreg
4)   Vitamin
a)   Terutama vitamin B kompleks
b)   Vitamin C

D.  Komplikasi
1.      Dehidrasi berat
2.      Ikterik
3.      Takikardia
4.      Suhu meningkat
5.      Alkalosis
6.      Kelaparan
7.      Gangguan emosionalyang berhubungan dengan kehamilan dan hubungan keluarga
8.      Menarik diri
9.      Depresi





















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.  Pengkajian
1.      Riwayat kesehatan sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan yang dirasakan oleh ibu sesuai dengan gejala-gejala pada hiperemesis gravidarum, yaitu : mual dan muntah yang terus menerus, merasa lemah dan kelelahan, merasa haus dan terasa asam di mulut, serta konstipasi dan demam. Selanjutnya dapat juga ditemukan berat badan yang menurun. Turgor kulit yang buruk dan gangguan elektrolit. Terjadinya oliguria, takikardia, mata cekung, dan ikterus.
2.      Riwayat kesehatan dahulu
a.       Kemungkinan ibu pernah mengalami hyperemis gravidarum sebelumnya
b.      Kemungkinan ibu pernah mengalami penyakit yang berhubungan dengan sistem pencernaan sehingga menyebabkan mual dan muntah
3.      Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan adanya riwayat kehamilan ganda pada keluarga.
4.      Riwayat perkawinan
Kemungkinan terjadi pada perkawian usia muda.
5.      Pola gordon
a.    Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Kaji tentang pandangan ibu mengenai kesehatan terutama kesehatan dalam kehamilan, bagaimana ibu mempersepsikan proses kehamilan itu sendiri dan bagaimana manajemen kesehatan yang dilakukan ibu selama kehamilannya.
b.    Pola nutrisi dan metabolik
Kaji intake output nutrisi dan cairan pada klien sehari-hari. Klien akan mengalami mual muntah berlebihan,sehingga terjadi penurunan berat badan (5-10) dan intake output tidak seimbang.
c.    Pola eliminasi
Klien akan mengalami perubahan pada konsistesi defekasi,peningkatan frekuensi berkemih
d.   Pola aktivitas dan latihan
Klien biasanya mengalami tekanan darah sistol menurun,denyut nadi meningkat (>100 kali per menit).frekuensi pernafasan meningkat.Suhu kadang naik dan badan melemah
e.    Pola istirahat dan tidur
Klien akan mengalami gangguan dengan pola tidurnya akibat ketidaknyamanan karena mual dan muntah yang berlebihan.
f.     Pola persepsi dan kognitif
Klien tidak mengalami gangguan dengan pola persepsi kognitif
g.    Pola persepsi dan konsep diri
Klien akan merasa terbebani dengan penyakit yang dideritanya.Klien akan merasa dirinya hanya merepotkan orang lain serta mengganggu aktivitasnya sehari-hari.Juga terjadi perubahan persepsi tentang kondisinya.
h.    Pola peran dan hubungan
Klien akan mengalami gangguan dalam berinteraksi dengan sesama.Klien merasa tidak mau membebani orang lain,sehingga klien lebih memilih untuk menjalankan aktivitas dan berinteraksi dengan dirinya sendiri
i.      Pola koping dan toleransi stres
Klien akan cemas dan takut yang berlebihan berhubungan dengan kesehatannya sendiri dan janin yang di kandungnya serta efek yang berakibat buruk terhadap kehamilannya.Klien akan berusaha untuk bertanya dan mencari informasi tentang bagaimana menangani stres yang dideritanya.
j.      Pola reproduksi dan seksual
Klien akan mengalami penghentian menstruasi,bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus teraupeutik
k.    Pola nilai keyakinan
Klien akan terganggu dalam menjalankan ibadah sehari-hari akibat ketidaknyamanan yang tengah dialaminya

B.  Diagnosa Keperawatan
1.      Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kurang asupan makan
2.      Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
3.      Nyeri Akut b/d Agens Cedera Biologis
4.      Intoleransi Aktivitas b/d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
5.      Ketidakefektifan koping b/d kurang percaya diri dalam kemampuan mengatasi masalah

C.  Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
NOC
NIC
1.    Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kurang asupan makan

Status Nutrisi
·      Asupan gizi, dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5
·      Asupan makanan, dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5
·      Asupan cairan, dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5
·      Energy, dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5
1.      Sangat menyimpang dari rentang normal
2.      Banyak menyimpang dari rentang normal
3.      Cukup menyimpang dari rentang normal
4.      Sedikit menyimpang dari rentang normal
5.      Tidak menyimpang dari rentang normal
Manajemen nutrisi
·      Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi.
·      Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien.
·      Tentukan jumlah kalori dan jenus nutrisi yang dibutuhkan nutrizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
·      Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makan.
·      Monitor makanan dan asupan makanan
·      Monitor kecenderungan terjadinya penurunan dan kenaikan berat badan pasien

Terapi Nuirisi
·      Monitor intake makanan/cairan dan hitung masukan kalori perhari,sesuai kebutuhan
·      Pilih suplemen nutrisi sesuai kebutuhan
·      Sediakan [bagi] pasien makanan dan minuman bernutrisi yang tinggi protein, tinggi kalori dan mudah dikonsumsi, sesuai kebutuhan
·      Monitor hasil laboratorium, yang sesuai
2.    Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif

Hidrasi
·      Turgor Kulit dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5
·      Membrane mukosa lembab dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5
·      Intake cairan dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5
·      Output Urin dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5
1.      Sangat Terganggu
2.      Banyak Terganggu
3.      Cukup Terganggu
4.      Sedikit Terganggu
5.      Tidak Terganggu
Manajemen cairan
·      Monitor status hidrasi (misalnya, membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah ortostatik)
·      Berikan cairan, dengan tepat
·      Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian makan dengan baik
·      Berikan diuretic yang diresepkan

Manajemen elektrolit
·      Monitor nilai serum elektrolit yang abnormal
·      Lakukan pengukuran untuk mengontrol kehilangan elektrolit yang berlebihan (misalnya, dengan mengistirahatkan saluran cerna, perubahan diuretic, atau pemberian antipiretik) dengan tepat
·      Pertahankan kepatenan akses IV
·      Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala ketidakseimbangan nutrisi dan/atau elektrolit menetap atau memburuk

3.    Nyeri Akut b/d Agens cedera biologis
Kontrol Nyeri
·      Menggunakan jurnal harian untuk memonitor gejala dari waktu ke waktu dipertahankan pada skala 4 ditingkatkan ke skala 5
·      Menggunakan analgesik yang direkomendasikan dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 4
·      Melaporkan perubahan nyeri pada profesional kesehatan (160513) dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 4
·      Melaporkan nyeri yang terkontrol dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 4
1.    tidak pernah menunjukkan
2.    jarang menunjukkan
3.    kadang-kadang menunjukkan
4.    sering menunjukkan
5.    secara konsisten menunjukkan
Manajemen nyeri
·      Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,karakteristik,onset/durasi,frekuensi,kualitas,intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus
·      Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan terutama  pada mereka yang tidak dapat berkomjunikasi secara efektif
·      Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan ketat
·      Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan (misalnya, suhu ruangan, pencahayaan,suara bising)
·      Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri.
4.    Intoleransi Aktivitas b/d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Toleransi terhadap Aktivitas
·      Kemudahan dalam melakukan Aktivitas Hidup Harian (Activities of Daily Living/ADL) dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5.
·      Kemampuan untuk berbicara ketika melakukan aktivitas fisik dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5
1.    Sangat Terganggu
2.    Banyak Terganggu
3.    Cukup Terganggu
4.    Sedikit Terganggu
5.    Tidak Terganggu
Manajemen Energi
·      Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energy yang adekuat
·      Tentukan jenis dan banyaknya aktivitas yang dibutuhkan untuk menjaga ketahanan
·      Pilih intervensi untuk mengurangi kelelahan baik secara farmakologis maupun non farmakologis, dengan tepat
·      Tingkatkan tirah baring/ pembatasan kegiatan (misalnya, meningkatkan jumlah waktu istirahat pasien) dengan cakupannya yaitu pada waktu istirahat yang dipilih
6.    Ketidakefektifan koping b/d kurang percaya diri dalam kemampuan mengatasi masalah

Koping
·      Mengidentifikasi pola koping yang efektif dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 4
·      Modifikasi gaya hidup untuk mengurangi stress dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 4
·      Menggunakan sistem dukungan personal dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 4
·      Menyatakan butuh bantuan dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5
1.      Tidak pernah menunjukkan
2.      Jarang menunjukkan
3.      Kadang-kadang menunjukkan
4.      Sering menunjukkan
5.      Secara konsisten menunjukkan

Peningkatan Koping
·      Bantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan cara konstruktif
·      Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan
·      Sediakan pasien pilihan-pilihan yang realistis mengenai aspek perawatan
·      Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi sesuai dengan kebutuhan

Manajemen lingkungan
·      Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
·      Identifikasi kebutuhan keselamatan pasien berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta riwayat perilaku dimasa lalu
·      Kendalikan atau cegah kebisingan yang tidak diinginkan atau berlebihan, bila memungkinkan
·      Edukasi pasien dan pengunjung mengenai perubahan/ tindakan pencegahan, sehingga mereka tidak akan dengan sengaja mengganggu lingkungan yang direncanakan

D.  Discharge Planning
1.      Memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan    sebagai suatu proses yang fisiologik.
2.      Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
3.      Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering
4.      Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur,terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat
5.      Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
6.      Menghindari kekurangan kardohidrat merupakan factor penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula























DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. Y. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas Aplikasi NANDA, NIC dan NOC. Jakarta: CV.Trans Info Media.
Magfirah, A. (2013). Riwayat Hiperemis Gravidarum Terhadap Risiko Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Banda Aceh. Idea Nursing Journal, 21-25.
Oktavia, L. (2016). Kejadian Hiperemis Gravidarum Ditinjau dari jarak kehamilan dan paritas. Jurnal Ilmu Kesehatan Aisyah, 41-45.
Runiari, N. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemis Gravidarum. Jakarta: Salemba Medika.
Sumai, E., Femmy, K., & Manueke, I. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hiperemis Gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Sam Ratulangi Tondano Kabupaten Minahasa provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Bidan, 61-65.




Makalah Keperawatan Hyperemis Gravidarum

BAB I PENDAHULUAN A.   Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu proses dari kehidupan seorang wanita, proses ini akan menyebabkan te...