Minggu, 09 Desember 2018

Makalah Infeksi Saluran Kemih


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) didefinisikan sebagai kondisi dimana saluran kemih terinfeksi oleh patogen yang menyebabkan peradangan atau inflamasi (Raju dan Tiwari, 2001). Saluran kemih sendiri adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan dan membuang urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari ginjal, ureter dan kandung kemih serta uretra. Letak saluran kemih dan gastro intestinal sangat berdekatan sehingga sangat besar kemungkinan terjadinya translokasi bakteri dari saluran cerna menuju saluran kemih. Apabila bakteri berpindah dan terditeksi dalam urin maka disebut sebagai bakteriuria. Pada kasus tertentu ditemui gejala yang sama dengan ISK akan tetapi hanya ditemukan sedikit bakteri dalam urin (low count bacteria), keadaan ini dikenal sebagai uretral sindrom (Raju dan Tiwari, 2001). Kecilnya angka bakteri dalam urin diduga bisa menjadi fase awal ISK (Arav - bober et al dalam Martina dan Horl, 1999:2747). Pada umumnya penyebab utama ISK adalah Escherecia coli. Bakteri ini ditemukan secara luas pada penderita ISK , jumlahnya mencapai 50- 90 %. (Tessy dkk dalam Suyono, 2001:369 ).
ISK biasa ditemukan pada masa anak anak hingga manula. Pasien ISK bergejala menerima terapi antimikroba. Ada banyak jenis antibiotika dari bermacam macam golongan dalam pengobatan ISK. Hasil menunjukan, penderita ISK adalah 12,17% pediatrik, 71,30% dewasa dan 16,52% Lansia. Sebanyak 74,78% pasien menunjukan positif bakteriuria dan 25,12% negatif. Antibiotika Ceftriakson sebesar 59,38% merupakan antibiotika yang banyak digunakan. Berdasarkan paparan diatas maka kami mengangkat judul mengenai “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ISK”

B.  Rumusan Masalah
1.    Bagaimana Konsep Dasar Medik Pada pasien ISK?
2.    Bagaimana Konsep Dasar Keperawatan pada Pasien ISK?
3.    Pendidikan Kesehatan apa saja yang diberikan pada pasien dengan ISK?

C.  Tujuan Penulisan
1.    Untuk Mengetahui Konsep Dasar Medik pada pasien ISK
2.    Untuk Mengetahui Konsep Dasar Keperawatan pada pasien ISK
3.    Untuk Mengetahui Penkes pada pasien dengan ISK

















BAB II
KONSEP DASAR MEDIK
A.  Defenisi
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umum, kurang lebih 5 – 15 %.
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius
B.  Anatomi
Sistem perkemihan atau sistem urinaria terdiri atas, dua ginjal yang fungsinya membuang limbah dan substansi berlebihan dari darah, dan membentuk urin dan dua ureter, yang mengangkut kemih dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai reservoir bagi urin dan urethra saluran yang menghantar kemih dari kandung kemih keluar tubuh sewaktu berkemih.
Setiap hari ginjal menyaring 1700 L darah, setiap ginjal mengandung lebih dari 1 juta nefron, yaitu suatu fungsional ginjal. Ini lebih dari cukup untuk tubuh, bahkan satu ginjal pun sudah mencukupi. Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya 21 % dari curah jantung atau sekitar 1200ml/menit.
Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm pada bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira 150 gram dan kira-kira sebesar kepalang tangan. Ginjal terletak retroperitoneal dibagian belakang abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar disisi kanan
. Ginjal berbentuk kacang, dan permukaan medialnya yang cekung disebut hilus renalis, yaitu tempat masuk dan keluarnya sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan ureter.
Panjang ureter sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun ke bawah pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke arah luar dan dalam dan menembus dinding posterior kandung kemih secara serong (oblik). Cara masuk ke dalam kandung kemih ini penting karena bila kandung kemih sedang terisi kemih akan menekan dan menutup ujung distal ureter itu dan mencegah kembalinya kemih ke dalam ureter.
Kandung kemih bila sedang kosong atau terisi sebagian, kandung kemih ini terletak di dalam pelvis, bila terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih ini mungkin teraba di atas pubis. Peritenium menutupi permukaan atas kandung kemih. Periteneum ini membentuk beberapa kantong antara kandung kemih dengan organ-organ di dekatnya, seperti kantong rektovesikal pada pria, atau kantong vesiko-uterina pada wanita. Diantara uterus dan rektum terdapat kavum douglasi.
Uretra pria panjang 18-20 cm dan bertindak sebagai saluran untuk sistem reproduksi maupun perkemihan. Pada wanita panjang uretra kira-kira 4 cm dan bertindak hanya sebagai system Perkemihan. Uretra mulai pada orifisium uretra internal dari kandung kemih dan berjalan turun dibelakang simpisis pubis melekat ke dinding anterior vagina. Terdapat sfinter internal dan external pada uretra, sfingter internal adalah involunter dan external dibawah kontrol volunter kecuali pada bayi dan pada cedera atau penyakit saraf.

C.  Klasifikasi
Klasifikasi saluran kemih dapat dibagi menjadi dua kategori umum berdasarkan lokasi anatomi, yaitu:
a.       Infeksi saluran kemih atas
Infeksi saluran kemih atas meliputi pielonefritis, abses intrarenal, dan perinefrik yang dibagi menjadi dua, yaitu:
1.      Pielonefritis akut, yaitu proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
2.      Pielonefritis kronik, yaitu akibat proses infeksi bakteri berkelanjutan atau infeksi yang didapat sejak dini. Obstruksi saluran kemih dan refluks besikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai dengan pielonefritis kronik yang spesifik (Sukandar, E. 2006)
b.      Infeksi saluran kemih bawah
Infeksi saluran kemih bawah terdiri dari uretritis (infeksi uretra) dan sistitis (infeksi kandung kemih). Prostatitis (infeksi prostat) dan epididimidis (infeksi epididimis) juga dapat ditemui pada laki-laki (Sukandar,E.2006)

D.  Etiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh mikroorganisme patogenik misalnya bakteri E.Coli, Streptokokus, Stafilokokus, Pseudomonas. faktor risiko kejadian ISK, yaitu :
1.    Perempuan lebih rentan terkena ISK dibandingkan Laki-laki
Prevalensi ISK 8 kali lebih tinggi pada perempuan dari pada laki-laki. Perempuan lebih rentan terkena infeksi karena uretra perempuan yang lebih pendek dari uretra laki-laki dan lebih dekat ke anal dan lubang vagina (Black & Hawks,2014). Sebagian besar penyebab terjadinya ISK pada perempuan adalah faktor anatomi saluran kemih, Kehamilan, celana jeans yang ketat, pakaian mandi yang basah/lembab, hubungan seksual, kemudian faktor selanjutnya yang paling berpengaruh adalah faktor kurangnya pengetahuan mengenai pemicu ISK serta gejala awal dari ISK.
2.    Penggunaan kontrasepsi diafragma (kondom wanita)
Pemakaian suatu alat diafragma (alat kontrasepsi pencegah kehamilan) dapat berperan penting timbulnya infeksi karena diafragma mendorong urethra secara berlawanan dan membuat uretra lebih sulit untuk mengosongkan kandung kemih dengan sempurna
3.    Penderita DM
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolic yang banyak diderita oleh orang didunia yang juga berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya ISK. DM menyebabkan beberapa kelainan didalam sistem pertahanan tubuh yang memungkinkan peningkatan risiko tinggi terkena infeksi lainnya. Konsentrasi glukosa yang tinggi didalam urin merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme pathogen.
4.    Tumor dan batu pada saluran kemih
Adanya tumor ataupun batu pada saluran kemih dapat menyebabkan sumbatan pada saluran kemih, aliran urin terhambat/terjadi bendungan, refluks urin sehingga bakteri masuk kekandung kemih, ureter, dan ginjal sehingga berisiko menyebabkan ISK. Bendungan pada urin yang statis merupakan media berkembangbiaknya bakteri.

E.  Patofisiologi
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam saluran kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra dan dua ureter dan ginjal. Kuman ini biasanya memasuki saluran kemih melalui uretra, kateter, perjalanan sampai ke kandung kemih dan dapat bergerak naik ke ginjal dan menyebabkan infeksi yang disebut pielonefritis. Infeksi saluran kemih terjadi karena gangguan keseimbangan antara mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agen dan epitel saluran kemih sebagai host.
Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan hidup secara komensal dalam introitus vagina , preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar anus. Mikroorganisme tersebut dapat memasuki saluran kemih dengan cara ascendinh, hematogen, seperti M.tuberculosis atau S.aureus, limfogen dan langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah mengalami ISK. Komplikasi ISK diperburuk dengan adanya penyakit lainnya seperti lesi, obstruksi saluran kemih , pembentukan batu, pemasangan kateter, kerusakan dan gangguan neurologi serta menurunya sistem imun yang dapat mengganggu aliran normal dan perlindungan aluran urin.

F.   Manifestasi Klinik
1.    Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :
a.       Mukosa memerah dan oedema
b.      Terdapat cairan eksudat yang purulent
c.       Ada ulserasi pada urethra
d.       Adanya rasa gatal yang menggelitik
e.        Good morning sign
f.        Adanya nanah awal miksi
g.      Nyeri pada saat miksi
h.      Kesulitan untuk memulai miksi
i.        Nyeri pada abdomen bagian bawah.
2.     Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :
a.         Disuria (nyeri waktu berkemih)
b.        Peningkatan frekuensi berkemih
c.         Perasaan ingin berkemih
d.        Adanya sel-sel darah putih dalam urin
e.         Nyeri punggung bawah atau suprapubic
f.         Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.
3.    Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala :
a.         Demam
b.        Menggigil
c.         Nyeri pinggang
d.        Disuria

G. Pemeriksaan Diagnostik
1.      Urinalisis
a.    Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih
b.     Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.
2.     Bakteriologis
a.    Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.
102 – 103 organisme koliform/mL urin plus piuria.
b.    Biakan bakteri
3.      Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik.
4.      Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
5.      Metode tes
a.  Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka pasien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
b. Tes Penyakit simplek
c.  Tes- tes tambahan :
Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah Menular Seksual (PMS) :
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

H.  Penatalaksanaan
Pengobatan ISK bertujuan untuk membebaskan saluran kemih dari bakteri dan mencegah atau mengendalikan infeksi berulang. Ada beberapa metode pengobatan ISK yang sering dipakai, yaitu :
a.    Pengobatan dosis tunggal, yaitu obat diberikan satu kali
b.    Pengobatan jangka pendek, yaitu 1-2 minggu
c.    Pengobatan jangka panjang, yaitu 3-4 minggu
d.   Pengobatan profilatik, yaitu 1 kali sehari dalam waktu 3-6 bulan
Pengobatan ISK menggunakan Antibiotik, adapun yang biasa digunakan yaitu :
a.    Golongan sepalosporin banyak digunakan pada pasien ISK Sebanyak lima jenis agen antibiotika golongan ini digunakan dan ceftriakson merupakan antibiotik yang paling banyak digunakan. Golongan sepalosporin memiliki mekanisme mengganggu pembentukan dinding sel bakteri dengan jalan penghambatan sintesa peptidoglikan (Tjay dan Raharja, 2002:68). Pada keadaan normal peptide akan berikatan dengan glukan dengan bantuan enzim transpeptidase untuk membentuk dinding sel. Sepalosporin akan berikatan dengan enzim transpeptidase sehingga ikatan peptidoglikan tidak terjalin dengan baik yang mengakibatkan dinding sel tidak terbentuk dengan sempurna. Hal ini mengakibatkan bakteri lisis karena tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan.
b.    Golongan Fluoroquinolon tidak banyak digunakan dalam pengobatan ISK. Kemungkinan penyebabnya adalah antibiotika golongan fluorkuinolon dianggap mahal (Nguyen dalam Broudwald et al, 2003:199). Fluoroquinolon memiliki efek samping yang relatif sedikit dan resistensi bakteri tidak berkembang dengan cepat (Chamber dalam Hardman et al, 2010). Fluoroquinolon berkasiat bakterisid pada fase pertumbuhan bakteri berdasarkan penghambatan enzim DNA Gyrase sehingga sintesis DNA tidak tercapai (Tjay dan Raharja, 2002:138).
c.    Ampisilin, Kloramfenikol, Amikasin

I.     Komplikasi
a.    Gangguan pada ginjal
Komplikasi ISK yang terjadi adalah gangguan pada ginjal. Disaat seseorang mengalami infeksi dikandung kemih, maka bakteri bisa naik dan kemudian masuk kedalam ginjal. Dan jika hal ini terjadi, maka orang tersebut mempunyai resiko untuk mengalami infeksi ginjal yang ditandai dengan gejala seperti sakit punggung, mual, demam, menggigil, dan selain itu juga infeksi ginjal yang tidak mendapatkan penanganan segera akan mengarah pada terjadinya penyakit gagal ginjal atau juga kerusakan permanen diorgan ginjal.
b.    Infeksi darah
Komplikasi ISK yang terjadi ini adalah disaat bakteri yang ada didalam saluran kemih memasuki kedalam aliran darah, dan pada akhirnya akan menyerang organ tubuh yang lain.
c.    Prostatitis
Komplikasi ISK ini biasanya hanya dialami oleh pria, terjadi disaat kelenjar prostat mengalami peradangan. Dan gejala yang biasanya muncul adalah rasa sakit pada bagian selangkangan disaat sedang buang air kecil dan juga saat sedang ejakulasi.


















BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
1.      Identitas Pasien
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Suku, Bangsa, Pekerjaan, Pendidikan, Status Perkawinan, Alamat, Tanggal Masuk Rumah Sakit.
2.      Keluhan Utama:
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien, biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan klien biasanya sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri pinggang.
3.      Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada pengkajian biasanya ditemukan kemungkinan penyebab infeksi saluran kemih dan memberi petunjuk berapa lama infeksi sudah di alami klien. Biasanya klien dengan ISK pada waktu dulu pernah mengalami penyankit infeksi saluran kemih sebelumnya atau penyakit  ginjal polikistik atau batu saluran kemih, atau memiliki riwayat penyakit DM dan pemakaian obat analgetik atau estrogen, atau pernah di rawat di rumah sakit dengan dipasangkan kateter.
4.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Merupakan riwayat kesehatan keluarga yang  biasanya dapat meperburuk keadaan klien akibat adanya gen yang membawa penyakit turunan seperti DM, hipertensi dll. ISK bukanlah penyakit turunan karena penyakit ini lebih disebabkan dari anatomi reproduksi, higiene seseorang dan gaya hidup seseorang, namun jika ada penyakit turunan di curigai dapat memperburuk atau memperparah keadan klien.
5.      11 Pola Gordon :
a.    Pola Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan
Riwayat penyakit yang berhubungan dengan kandung kemih, trauma kandung kemih, infeksi saluran kemih berulang, Personal hygiene yang salah, Kebiasaan menahan BAK
b.   Pola Aktifitas dan latihan
Biasanya pasien mengalami penurunan aktifitas berhubungan dengan kelemahan tubuh yang dialami. Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
c.    Pola Istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur sering mengalami gangguan karena nyeri yang dialami
d.      Pola Nutrisi metabolic
Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan mengalami penurunan akibat nafsu makan yang kurang karena mual, muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
e.       Pola Eliminasi
Eliminasi urine mengalami gangguan karena ada organisme yang masuk sehingga urine tidak lancar.
f.       Pola Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan oleh pasien adalah dengan meminta pertolongan orang lain.
g.      Pola seksual reproduksi
Kemampuan pasien untuk melaksanakan peran sesuai dengan jenis kelamin. Kebanyakan pasien tidak melakukan hubungan seksual karena kelemahan tubuh

B.     Diagnosa Keperawatan
1.    Nyeri b/d agens cedera biologis
2.    Hipertermi b/d Penyakit
3.    Gangguan Eliminasi b/d Infeksi Saluran Kemih
4.    Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan nutrisi
C.    Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
NOC
NIC
1.    Nyeri b/d agens cedera biologis
Kontrol Nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam maka Kontrol nyeri
·      Mengenali kapan nyeri terjadi dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan keskala 4.
·      Menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa analgesik dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 4.
·      Menggambarkan faktor penyebab dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 4.
·      Menggunakan analgesik yang direkomendasikan dipertahankan pada skala 4 ditingkatkan keskala 5
1.      Tidak pernah menunjukkan
2.       Jarang menunjukkan
3.      Kadang-kadang menunjukkan
4.      Sering menunjukkan
5.      Secara konsisten menunjukkan

Manajemen nyeri
·   Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan faktor pencetus.
·   Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri.
·   Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan lainnya untuk memilih dan mengimplementasikan tindakan penurunan nyeri non farmakologi, sesuai kebutuhan.
·   Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri.

Pemberian Analgesik
·   Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan keparahan nyeri sebelum mengobati pasien.
·   Berikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang dapat membantu relaksasi untuk memfasilitasi penurunan nyeri.
·   Kolaborasikan dengan dokter apakah obat, dosis, rute pemberian, atau perubahan interval dibutuhkan, buat rekomendasi khusus berdasarkan prinsip analgesik.
·   Ajarkan tentang penggunaan analgesik, strategi untuk menurunkan efek samping, dan harapan terkait dengan keterlibatan dalam keputusan pengurangan nyeri.

2.    Hipertermi b/d penyakit
Termoregulasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam maka:
·      Penurunan suhu tubuh dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 4
·      Hipertermia dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 4
·      Dehidrasi dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5
1.    Berat
2.    Cukup berat
3.    Sedang
4.    Ringan
5.    Tidak ada

Perawatan demam
·      Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya.
·      Monitor warna kulit dan suhu.
·      Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan yang tidak dirasakan.
·      Dorong konsumsi cairan.
·      Fasillitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas jika perlu.
·      Berikan oksigen yang sesuai.
·      Tingkatkan sirkulasi udara.
·      Periksa langkah keamanan pasien yang gelisah atau mengalami delirium.
·      Lembabkan bibir dan mukosa hidung yang kering.

Manajemen cairan :
·      Monitor tanda-tanda cairan.
·      Monitor perubahan berat badan pasien sebelum dan sesudah di alsis.
·      Kaji lokasi dan luasnya edema jika ada
·      Monitor status gizi.
·      Berian cairan, dengan tepat
·      Berian diuretik yang diresepkan.
·      Distribusikan asupan cairan selama 24 jam.
·      Dukung pasien dan keluarga untuk membantu pasien dalam pemberian makanan dengan baik.
·      Tawari makanan ringan(misalnya: minuman ringan dan buah-buahan segar atau jus buah).

Manejemen lingkungan:
·      Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien.
·      Singkirkan bahaya lingkungan (misalnya: karpet yang longgar dan kecil, furnitur yang dapat dipindahkan).
·      Singkirkan benda-benda berbahaya dari lingkungan.
·     Lindungi pasien dengan pegangan pada sisi atau bantalan di sisi ruang yang sesuai.
3.    Gangguan Eliminasi b/d infeksi saluran kemih
Eliminasi urin
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam maka :
·      Nyeri saat kencing dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 4
·      Ragu untuk berkemih dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5
·      Frekuensi berkemih dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5
1.    Berat
2.    Cukup berat
3.    Sedang
4.    Ringan
5.    Tidak ada

Manajemen cairan
·      Jaga intake/asupan yang akurat dan catat output [pasien]
·      Masukan kateter urin bila perlu
·      Monitor makanan atau cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan kalori harian
·      Beriakan diuretik yang diresepkan
·      Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala kelebihan volume cairan menetap atau memburuk.
Kontrol infeksi
·      Batasi jumlah pengunjung
·      Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien
·      Gunakan kateterisasi intermiten untuk mengurangi kejadian infeksi kandung kemih
·      Berikan terapi antibiotik yang sesuai
·      Anjurkan pasien untuk meminum antibiotik seperti yang diresepkan
4.    Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan nutrisi
Status nutris ; asupan makanan & cairan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam maka :
·      Asupan makanan secara oral, dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 3
·      Asupan cairan secara oral, dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 3
·      Asupan cairan intravena, dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 3
1.      Tidak adekuat
2.      Sedikit adekuat
3.      Cukup adekuat
4.      Sebagian besar adekuat
5.      Sepenuhnya adekuat

Manajemen nutrisi
·      Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi.
·      Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien.
·      Tentukan jumlah kalori dan jenus nutrisi yang dibutuhkan nutrizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
·      Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makan.
·      Monitor makanan dan asupan makanan
·      Monitor kecenderungan terjadinya penurunan dan kenaikan berat badan pasien

D.    Pendidikan Kesehatan
1.    Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kencing
2.    Minum banyak cairan, minum sekitar 8-10 gelas air per hari (bila tidak ada odem) dapat membantu menjaga urin tetap encer dan membuat lebih sering buang air kecil. Sering buang air kecil dapat mengeluarkan bakteri dari saluran kemih sebelum menimbulkan infeksi dan menyebar.
3.    Bersihkan alat kelamin setelah buang air besar ataupun kecil dengan mengusap dari depan ke belakang. Hal ini dapat membantu mencegah kontaminasi dari vagina dan uretra oleh bakteri didaerah anus.
4.    Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat agar tidak lembab
5.    Tidak memilih toilet umum dengan toilet duduk
6.    Tidak membasuh organ intim dan saluran kencing dari air yang ditampung dibak mandi atau ember melainkan menggunakan air yang mengalir atau dari keran.
7.    Hindari penggunaan produk dengan wewangian, penggunaan sabun wangi, bubuk wangi, tisu toilet wangi atau berwarna, pembalut dan panty liner yang mengandung pewangi yang dapat mengiritasi uretra
8.    Jangan biasakan BAB/BAK disungai













DAFTAR PUSTAKA

Black, J., & Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 jilid 3. Jakarta: Salemba Medika.
E, S. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Hermiyanty. (Juli 2016). Faktor Risiko Infeksi Saluran Kemih di Bagian Rawat Inap RSU Mokopido Tolitoli Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 2 No. 2, 1-72.
Pranoto, E., Kusumawati, A., & Hapsari, I. (2012). Infeksi Saluran Kemih di Instalasi Rawat Inap RSUD Banyumas Periode Agustus 2009-Juli 2010. Pharmacy, Vol.09 No.2, 9-18.
Smeltzer, S. C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart Edisi:8. Jakarta: EGC.
Suharyanto, T., & Madjid, A. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: CV.Trans Info Media.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah Keperawatan Hyperemis Gravidarum

BAB I PENDAHULUAN A.   Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu proses dari kehidupan seorang wanita, proses ini akan menyebabkan te...