BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi
saluran kemih (ISK) didefinisikan sebagai kondisi dimana saluran kemih
terinfeksi oleh patogen yang menyebabkan peradangan atau inflamasi (Raju dan
Tiwari, 2001). Saluran kemih sendiri adalah sistem organ yang memproduksi,
menyimpan dan membuang urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari ginjal,
ureter dan kandung kemih serta uretra. Letak saluran kemih dan gastro
intestinal sangat berdekatan sehingga sangat besar kemungkinan terjadinya
translokasi bakteri dari saluran cerna menuju saluran kemih. Apabila bakteri
berpindah dan terditeksi dalam urin maka disebut sebagai bakteriuria. Pada
kasus tertentu ditemui gejala yang sama dengan ISK akan tetapi hanya ditemukan
sedikit bakteri dalam urin (low count bacteria), keadaan ini dikenal sebagai
uretral sindrom (Raju dan Tiwari, 2001). Kecilnya angka bakteri dalam urin
diduga bisa menjadi fase awal ISK (Arav - bober et al dalam Martina dan Horl,
1999:2747). Pada umumnya penyebab utama ISK adalah Escherecia coli. Bakteri ini
ditemukan secara luas pada penderita ISK , jumlahnya mencapai 50- 90 %. (Tessy
dkk dalam Suyono, 2001:369 ).
ISK
biasa ditemukan pada masa anak anak hingga manula. Pasien ISK bergejala
menerima terapi antimikroba. Ada banyak jenis antibiotika dari bermacam macam
golongan dalam pengobatan ISK. Hasil menunjukan, penderita ISK adalah 12,17%
pediatrik, 71,30% dewasa dan 16,52% Lansia. Sebanyak 74,78% pasien menunjukan
positif bakteriuria dan 25,12% negatif. Antibiotika Ceftriakson sebesar 59,38%
merupakan antibiotika yang banyak digunakan. Berdasarkan paparan diatas maka
kami mengangkat judul mengenai “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ISK”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Konsep Dasar Medik Pada pasien ISK?
2. Bagaimana
Konsep Dasar Keperawatan pada Pasien ISK?
3. Pendidikan
Kesehatan apa saja yang diberikan pada pasien dengan ISK?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk
Mengetahui Konsep Dasar Medik pada pasien ISK
2. Untuk
Mengetahui Konsep Dasar Keperawatan pada pasien ISK
3. Untuk
Mengetahui Penkes pada pasien dengan ISK
BAB II
KONSEP DASAR MEDIK
A. Defenisi
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang
dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada
saluran kemih. Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun
perempuan dari semua umur baik pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada umur
lanjut. Akan tetapi, dari dua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering dari
pria dengan angka populasi umum, kurang lebih 5 – 15 %.
Infeksi
saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh
bakteri terutama scherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi
seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan,
pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. Infeksi traktus
urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari
uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya
jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan
prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada
pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan
adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius
B. Anatomi
Sistem perkemihan atau sistem urinaria terdiri atas, dua
ginjal yang fungsinya membuang limbah dan substansi berlebihan dari darah, dan
membentuk urin dan dua ureter, yang mengangkut kemih dari ginjal ke kandung
kemih (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai reservoir bagi urin dan urethra
saluran yang menghantar kemih dari kandung kemih keluar tubuh sewaktu berkemih.
Setiap hari ginjal menyaring 1700 L darah, setiap ginjal
mengandung lebih dari 1 juta nefron, yaitu suatu fungsional ginjal. Ini lebih
dari cukup untuk tubuh, bahkan satu ginjal pun sudah mencukupi. Darah yang
mengalir ke kedua ginjal normalnya 21 % dari curah jantung atau sekitar
1200ml/menit.
Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm pada bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira 150 gram dan kira-kira sebesar kepalang tangan. Ginjal terletak retroperitoneal dibagian belakang abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar disisi kanan. Ginjal berbentuk kacang, dan permukaan medialnya yang cekung disebut hilus renalis, yaitu tempat masuk dan keluarnya sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan ureter.
Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm pada bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira 150 gram dan kira-kira sebesar kepalang tangan. Ginjal terletak retroperitoneal dibagian belakang abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar disisi kanan. Ginjal berbentuk kacang, dan permukaan medialnya yang cekung disebut hilus renalis, yaitu tempat masuk dan keluarnya sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan ureter.
Panjang ureter sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia
turun ke bawah pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis
menurun ke arah luar dan dalam dan menembus dinding posterior kandung kemih
secara serong (oblik). Cara masuk ke dalam kandung kemih ini penting karena
bila kandung kemih sedang terisi kemih akan menekan dan menutup ujung distal
ureter itu dan mencegah kembalinya kemih ke dalam ureter.
Kandung kemih bila sedang kosong atau terisi sebagian, kandung kemih ini terletak di dalam pelvis, bila terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih ini mungkin teraba di atas pubis. Peritenium menutupi permukaan atas kandung kemih. Periteneum ini membentuk beberapa kantong antara kandung kemih dengan organ-organ di dekatnya, seperti kantong rektovesikal pada pria, atau kantong vesiko-uterina pada wanita. Diantara uterus dan rektum terdapat kavum douglasi.
Kandung kemih bila sedang kosong atau terisi sebagian, kandung kemih ini terletak di dalam pelvis, bila terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih ini mungkin teraba di atas pubis. Peritenium menutupi permukaan atas kandung kemih. Periteneum ini membentuk beberapa kantong antara kandung kemih dengan organ-organ di dekatnya, seperti kantong rektovesikal pada pria, atau kantong vesiko-uterina pada wanita. Diantara uterus dan rektum terdapat kavum douglasi.
Uretra pria panjang 18-20 cm dan bertindak sebagai saluran
untuk sistem reproduksi maupun perkemihan. Pada wanita panjang uretra kira-kira
4 cm dan bertindak hanya sebagai system Perkemihan. Uretra mulai pada orifisium
uretra internal dari kandung kemih dan berjalan turun dibelakang simpisis pubis
melekat ke dinding anterior vagina. Terdapat sfinter internal dan external pada
uretra, sfingter internal adalah involunter dan external dibawah kontrol
volunter kecuali pada bayi dan pada cedera atau penyakit saraf.
C. Klasifikasi
Klasifikasi
saluran kemih dapat dibagi menjadi dua kategori umum berdasarkan lokasi
anatomi, yaitu:
a. Infeksi
saluran kemih atas
Infeksi
saluran kemih atas meliputi pielonefritis, abses intrarenal, dan perinefrik
yang dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Pielonefritis
akut, yaitu proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan oleh infeksi
bakteri.
2. Pielonefritis
kronik, yaitu akibat proses infeksi bakteri berkelanjutan atau infeksi yang
didapat sejak dini. Obstruksi saluran kemih dan refluks besikoureter dengan
atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim
ginjal yang ditandai dengan pielonefritis kronik yang spesifik (Sukandar, E.
2006)
b. Infeksi
saluran kemih bawah
Infeksi
saluran kemih bawah terdiri dari uretritis (infeksi uretra) dan sistitis
(infeksi kandung kemih). Prostatitis (infeksi prostat) dan epididimidis
(infeksi epididimis) juga dapat ditemui pada laki-laki (Sukandar,E.2006)
D. Etiologi
Infeksi Saluran Kemih
disebabkan oleh mikroorganisme patogenik misalnya bakteri E.Coli, Streptokokus,
Stafilokokus, Pseudomonas. faktor risiko kejadian ISK, yaitu :
1. Perempuan
lebih rentan terkena ISK dibandingkan Laki-laki
Prevalensi ISK 8 kali
lebih tinggi pada perempuan dari pada laki-laki. Perempuan lebih rentan terkena
infeksi karena uretra perempuan yang lebih pendek dari uretra laki-laki dan
lebih dekat ke anal dan lubang vagina (Black & Hawks,2014). Sebagian besar
penyebab terjadinya ISK pada perempuan adalah faktor anatomi saluran kemih,
Kehamilan, celana jeans yang ketat, pakaian mandi yang basah/lembab, hubungan
seksual, kemudian faktor selanjutnya yang paling berpengaruh adalah faktor
kurangnya pengetahuan mengenai pemicu ISK serta gejala awal dari ISK.
2. Penggunaan
kontrasepsi diafragma (kondom wanita)
Pemakaian suatu alat
diafragma (alat kontrasepsi pencegah kehamilan) dapat berperan penting
timbulnya infeksi karena diafragma mendorong urethra secara berlawanan dan
membuat uretra lebih sulit untuk mengosongkan kandung kemih dengan sempurna
3. Penderita
DM
Diabetes Melitus (DM)
merupakan penyakit metabolic yang banyak diderita oleh orang didunia yang juga
berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya ISK. DM menyebabkan beberapa
kelainan didalam sistem pertahanan tubuh yang memungkinkan peningkatan risiko
tinggi terkena infeksi lainnya. Konsentrasi glukosa yang tinggi didalam urin
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme pathogen.
4. Tumor
dan batu pada saluran kemih
Adanya tumor ataupun
batu pada saluran kemih dapat menyebabkan sumbatan pada saluran kemih, aliran
urin terhambat/terjadi bendungan, refluks urin sehingga bakteri masuk kekandung
kemih, ureter, dan ginjal sehingga berisiko menyebabkan ISK. Bendungan pada
urin yang statis merupakan media berkembangbiaknya bakteri.
E. Patofisiologi
Infeksi
saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam saluran kemih dan
berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra dan dua
ureter dan ginjal. Kuman ini biasanya memasuki saluran kemih melalui uretra,
kateter, perjalanan sampai ke kandung kemih dan dapat bergerak naik ke ginjal dan
menyebabkan infeksi yang disebut pielonefritis. Infeksi saluran kemih terjadi
karena gangguan keseimbangan antara mikroorganisme penyebab infeksi
(uropatogen) sebagai agen dan epitel saluran kemih sebagai host.
Mikroorganisme
penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan hidup secara komensal dalam
introitus vagina , preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar anus.
Mikroorganisme tersebut dapat memasuki saluran kemih dengan cara ascendinh,
hematogen, seperti M.tuberculosis atau S.aureus, limfogen dan langsung dari
organ sekitarnya yang sebelumnya telah mengalami ISK. Komplikasi ISK diperburuk
dengan adanya penyakit lainnya seperti lesi, obstruksi saluran kemih ,
pembentukan batu, pemasangan kateter, kerusakan dan gangguan neurologi serta menurunya
sistem imun yang dapat mengganggu aliran normal dan perlindungan aluran urin.
F.
Manifestasi
Klinik
1.
Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :
a.
Mukosa memerah dan oedema
b.
Terdapat cairan eksudat yang purulent
c.
Ada ulserasi pada urethra
d.
Adanya rasa gatal yang menggelitik
e.
Good morning sign
f.
Adanya nanah awal miksi
g.
Nyeri pada saat miksi
h.
Kesulitan untuk memulai miksi
i.
Nyeri pada abdomen bagian bawah.
2.
Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :
a.
Disuria (nyeri waktu berkemih)
b.
Peningkatan frekuensi berkemih
c.
Perasaan ingin berkemih
d.
Adanya sel-sel darah putih dalam urin
e.
Nyeri punggung bawah atau suprapubic
f.
Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada
kasus yang parah.
3.
Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala :
a.
Demam
b.
Menggigil
c.
Nyeri pinggang
d.
Disuria
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisis
a. Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih
b. Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.
2.
Bakteriologis
a. Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.
102 – 103 organisme koliform/mL urin plus piuria.
102 – 103 organisme koliform/mL urin plus piuria.
b. Biakan bakteri
3.
Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya
organisme spesifik.
4.
Hitung koloni: hitung koloni sekitar
100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari
specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
5.
Metode tes
a.
Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes
esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes
esterase lekosit positif: maka pasien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat,
Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi
nitrit.
b.
Tes Penyakit simplek
c.
Tes- tes tambahan :
Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi
juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah Menular Seksual (PMS) :
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes infeksi akibat dari abnormalitas
traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau
hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan
prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya
infeksi yang resisten.
H. Penatalaksanaan
Pengobatan
ISK bertujuan untuk membebaskan saluran kemih dari bakteri dan mencegah atau
mengendalikan infeksi berulang. Ada beberapa metode pengobatan ISK yang sering
dipakai, yaitu :
a. Pengobatan
dosis tunggal, yaitu obat diberikan satu kali
b. Pengobatan
jangka pendek, yaitu 1-2 minggu
c. Pengobatan
jangka panjang, yaitu 3-4 minggu
d. Pengobatan
profilatik, yaitu 1 kali sehari dalam waktu 3-6 bulan
Pengobatan ISK
menggunakan Antibiotik, adapun yang biasa digunakan yaitu :
a. Golongan
sepalosporin banyak digunakan pada pasien ISK Sebanyak lima jenis agen
antibiotika golongan ini digunakan dan ceftriakson merupakan antibiotik yang
paling banyak digunakan. Golongan sepalosporin memiliki mekanisme mengganggu
pembentukan dinding sel bakteri dengan jalan penghambatan sintesa peptidoglikan
(Tjay dan Raharja, 2002:68). Pada keadaan normal peptide akan berikatan dengan
glukan dengan bantuan enzim transpeptidase untuk membentuk dinding sel.
Sepalosporin akan berikatan dengan enzim transpeptidase sehingga ikatan
peptidoglikan tidak terjalin dengan baik yang mengakibatkan dinding sel tidak
terbentuk dengan sempurna. Hal ini mengakibatkan bakteri lisis karena tidak
bisa beradaptasi dengan lingkungan.
b. Golongan
Fluoroquinolon tidak banyak digunakan dalam pengobatan ISK. Kemungkinan
penyebabnya adalah antibiotika golongan fluorkuinolon dianggap mahal (Nguyen
dalam Broudwald et al, 2003:199). Fluoroquinolon memiliki efek samping yang
relatif sedikit dan resistensi bakteri tidak berkembang dengan cepat (Chamber
dalam Hardman et al, 2010). Fluoroquinolon berkasiat bakterisid pada fase
pertumbuhan bakteri berdasarkan penghambatan enzim DNA Gyrase sehingga sintesis
DNA tidak tercapai (Tjay dan Raharja, 2002:138).
c. Ampisilin,
Kloramfenikol, Amikasin
I.
Komplikasi
a. Gangguan
pada ginjal
Komplikasi ISK yang
terjadi adalah gangguan pada ginjal. Disaat seseorang mengalami infeksi
dikandung kemih, maka bakteri bisa naik dan kemudian masuk kedalam ginjal. Dan
jika hal ini terjadi, maka orang tersebut mempunyai resiko untuk mengalami
infeksi ginjal yang ditandai dengan gejala seperti sakit punggung, mual, demam,
menggigil, dan selain itu juga infeksi ginjal yang tidak mendapatkan penanganan
segera akan mengarah pada terjadinya penyakit gagal ginjal atau juga kerusakan
permanen diorgan ginjal.
b. Infeksi
darah
Komplikasi ISK yang
terjadi ini adalah disaat bakteri yang ada didalam saluran kemih memasuki
kedalam aliran darah, dan pada akhirnya akan menyerang organ tubuh yang lain.
c. Prostatitis
Komplikasi ISK ini biasanya hanya
dialami oleh pria, terjadi disaat kelenjar prostat mengalami peradangan. Dan
gejala yang biasanya muncul adalah rasa sakit pada bagian selangkangan disaat
sedang buang air kecil dan juga saat sedang ejakulasi.
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Identitas
Pasien
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama,
Suku, Bangsa, Pekerjaan, Pendidikan, Status Perkawinan, Alamat, Tanggal Masuk
Rumah Sakit.
2. Keluhan
Utama:
Merupakan
riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien, biasanya jika
klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya berupa rasa sakit atau
rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit- sedikit serta
rasa sakit tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien mengalami ISK
bagian atas keluhan klien biasanya sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam,
menggigil, rasa tidak enak atau nyeri pinggang.
3. Riwayat
Kesehatan Dahulu
Pada pengkajian
biasanya ditemukan kemungkinan penyebab infeksi saluran kemih dan memberi
petunjuk berapa lama infeksi sudah di alami klien. Biasanya klien dengan
ISK pada waktu dulu pernah mengalami penyankit infeksi saluran kemih
sebelumnya atau penyakit ginjal polikistik atau batu saluran kemih,
atau memiliki riwayat penyakit DM dan pemakaian obat analgetik atau
estrogen, atau pernah di rawat di rumah sakit dengan dipasangkan kateter.
4. Riwayat
Kesehatan Keluarga
Merupakan
riwayat kesehatan keluarga yang biasanya dapat meperburuk keadaan
klien akibat adanya gen yang membawa penyakit turunan seperti
DM, hipertensi dll. ISK bukanlah penyakit turunan karena penyakit ini
lebih disebabkan dari anatomi reproduksi, higiene seseorang dan gaya hidup
seseorang, namun jika ada penyakit turunan di curigai dapat memperburuk atau
memperparah keadan klien.
5. 11 Pola Gordon :
a. Pola Persepsi Kesehatan dan Manajemen
Kesehatan
Riwayat penyakit yang berhubungan
dengan kandung kemih, trauma kandung kemih, infeksi saluran kemih berulang, Personal
hygiene yang salah, Kebiasaan menahan BAK
b.
Pola Aktifitas dan latihan
Biasanya
pasien mengalami penurunan aktifitas berhubungan dengan kelemahan tubuh yang
dialami. Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total
agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
c. Pola Istirahat dan tidur
Istirahat
dan tidur sering mengalami gangguan karena nyeri yang dialami
d. Pola Nutrisi metabolic
Kemampuan
pasien dalam mengkonsumsi makanan mengalami penurunan akibat nafsu makan yang
kurang karena mual, muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak
makan sama sekali.
e. Pola Eliminasi
Eliminasi
urine mengalami gangguan karena ada organisme yang masuk sehingga urine tidak
lancar.
f. Pola Mekanisme Koping
Mekanisme
pertahanan diri yang biasa digunakan oleh pasien adalah dengan meminta
pertolongan orang lain.
g. Pola seksual reproduksi
Kemampuan
pasien untuk melaksanakan peran sesuai dengan jenis kelamin. Kebanyakan pasien
tidak melakukan hubungan seksual karena kelemahan tubuh
B.
Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri
b/d agens cedera biologis
2.
Hipertermi
b/d Penyakit
3.
Gangguan
Eliminasi b/d Infeksi Saluran Kemih
4.
Ketidakseimbangan
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan nutrisi
C.
Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
|
NOC
|
NIC
|
1.
Nyeri b/d agens cedera biologis
|
Kontrol
Nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24
jam maka Kontrol nyeri
· Mengenali
kapan nyeri terjadi dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan keskala 4.
· Menggunakan
tindakan pengurangan (nyeri) tanpa analgesik dipertahankan pada skala 3
ditingkatkan ke skala 4.
· Menggambarkan
faktor penyebab dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 4.
· Menggunakan
analgesik yang direkomendasikan dipertahankan pada skala 4 ditingkatkan
keskala 5
1. Tidak
pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang
menunjukkan
4. Sering
menunjukkan
5. Secara
konsisten menunjukkan
|
Manajemen
nyeri
· Lakukan
pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan faktor
pencetus.
· Gali
bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri.
· Kolaborasi
dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan lainnya untuk memilih dan
mengimplementasikan tindakan penurunan nyeri non farmakologi, sesuai
kebutuhan.
· Ajarkan
prinsip-prinsip manajemen nyeri.
Pemberian
Analgesik
· Tentukan
lokasi, karakteristik, kualitas, dan keparahan nyeri sebelum mengobati
pasien.
· Berikan
kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang dapat membantu relaksasi untuk
memfasilitasi penurunan nyeri.
· Kolaborasikan
dengan dokter apakah obat, dosis, rute pemberian, atau perubahan interval
dibutuhkan, buat rekomendasi khusus berdasarkan prinsip analgesik.
· Ajarkan
tentang penggunaan analgesik, strategi untuk menurunkan efek samping, dan
harapan terkait dengan keterlibatan dalam keputusan pengurangan nyeri.
|
2.
Hipertermi b/d penyakit
|
Termoregulasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24
jam maka:
·
Penurunan suhu tubuh
dipertahankan pada
skala 2 ditingkatkan
ke skala 4
·
Hipertermia
dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 4
·
Dehidrasi
dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5
1.
Berat
2.
Cukup berat
3.
Sedang
4.
Ringan
5.
Tidak ada
|
Perawatan demam
·
Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya.
·
Monitor warna kulit dan suhu.
·
Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan
kehilangan cairan yang tidak dirasakan.
·
Dorong konsumsi cairan.
·
Fasillitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas
jika perlu.
·
Berikan oksigen yang sesuai.
·
Tingkatkan sirkulasi udara.
·
Periksa langkah keamanan pasien yang gelisah atau
mengalami delirium.
·
Lembabkan bibir dan mukosa hidung yang kering.
Manajemen cairan :
·
Monitor tanda-tanda cairan.
·
Monitor perubahan berat badan pasien sebelum dan
sesudah di alsis.
·
Kaji lokasi dan luasnya edema jika ada
·
Monitor status gizi.
·
Berian cairan, dengan tepat
·
Berian diuretik yang diresepkan.
·
Distribusikan asupan cairan selama 24 jam.
·
Dukung pasien dan keluarga untuk membantu pasien dalam
pemberian makanan dengan baik.
·
Tawari makanan ringan(misalnya: minuman ringan dan
buah-buahan segar atau jus buah).
Manejemen lingkungan:
·
Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien.
·
Singkirkan bahaya lingkungan (misalnya: karpet yang
longgar dan kecil, furnitur yang dapat dipindahkan).
·
Singkirkan benda-benda berbahaya dari lingkungan.
·
Lindungi pasien dengan pegangan pada sisi atau bantalan
di sisi ruang yang sesuai.
|
3.
Gangguan Eliminasi b/d infeksi
saluran kemih
|
Eliminasi urin
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam maka :
· Nyeri
saat kencing dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 4
· Ragu
untuk berkemih dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5
· Frekuensi
berkemih dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5
1. Berat
2. Cukup
berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak
ada
|
Manajemen
cairan
·
Jaga intake/asupan yang akurat dan catat output
[pasien]
·
Masukan kateter urin bila
perlu
·
Monitor makanan atau cairan yang dikonsumsi dan hitung
asupan kalori harian
·
Beriakan diuretik yang diresepkan
·
Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala
kelebihan volume cairan menetap atau memburuk.
Kontrol infeksi
·
Batasi jumlah pengunjung
·
Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan
pasien
·
Gunakan kateterisasi intermiten untuk mengurangi
kejadian infeksi kandung kemih
·
Berikan terapi antibiotik yang sesuai
·
Anjurkan pasien untuk meminum antibiotik
seperti yang diresepkan
|
4.
Ketidakseimbangan Nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b/d asupan nutrisi
|
Status nutris ;
asupan makanan & cairan
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam maka :
· Asupan
makanan secara oral, dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 3
· Asupan
cairan secara oral, dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 3
· Asupan
cairan intravena, dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 3
1. Tidak
adekuat
2. Sedikit
adekuat
3. Cukup
adekuat
4. Sebagian
besar adekuat
5. Sepenuhnya
adekuat
|
Manajemen
nutrisi
· Tentukan
status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi.
· Identifikasi
adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien.
· Tentukan
jumlah kalori dan jenus nutrisi yang dibutuhkan nutrizi yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi.
· Ciptakan
lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makan.
· Monitor
makanan dan asupan makanan
· Monitor
kecenderungan terjadinya penurunan dan kenaikan berat badan pasien
|
D.
Pendidikan Kesehatan
1.
Menjaga
dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kencing
2.
Minum
banyak cairan, minum sekitar 8-10 gelas air per hari (bila tidak ada odem) dapat
membantu menjaga urin tetap encer dan membuat lebih sering buang air kecil.
Sering buang air kecil dapat mengeluarkan bakteri dari saluran kemih sebelum
menimbulkan infeksi dan menyebar.
3.
Bersihkan
alat kelamin setelah buang air besar ataupun kecil dengan mengusap dari depan
ke belakang. Hal ini dapat membantu mencegah kontaminasi dari vagina dan uretra
oleh bakteri didaerah anus.
4.
Gunakan
pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat agar tidak lembab
5.
Tidak
memilih toilet umum dengan toilet duduk
6.
Tidak
membasuh organ intim dan saluran kencing dari air yang ditampung dibak mandi
atau ember melainkan menggunakan air yang mengalir atau dari keran.
7.
Hindari
penggunaan produk dengan wewangian, penggunaan sabun wangi, bubuk wangi, tisu
toilet wangi atau berwarna, pembalut dan panty liner yang mengandung pewangi
yang dapat mengiritasi uretra
8.
Jangan
biasakan BAB/BAK disungai
DAFTAR PUSTAKA
Black, J., & Hawks, J. (2014). Keperawatan
Medikal Bedah Edisi 8 jilid 3. Jakarta: Salemba Medika.
E, S. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
I. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Hermiyanty. (Juli 2016). Faktor Risiko Infeksi Saluran
Kemih di Bagian Rawat Inap RSU Mokopido Tolitoli Tahun 2012. Jurnal
Kesehatan Tadulako Vol. 2 No. 2, 1-72.
Pranoto, E., Kusumawati, A., & Hapsari, I. (2012).
Infeksi Saluran Kemih di Instalasi Rawat Inap RSUD Banyumas Periode Agustus
2009-Juli 2010. Pharmacy, Vol.09 No.2, 9-18.
Smeltzer, S. C. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal-Bedah Brunner & Suddart Edisi:8. Jakarta: EGC.
Suharyanto, T., & Madjid, A. (2009). Asuhan
Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: CV.Trans
Info Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar