BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan
merupakan suatu proses dari kehidupan seorang wanita, proses ini akan
menyebabkan terjadinya perubahan fisik, mental dan sosial yang dipengaruhi
beberapa faktor fisik, psikologis, lingkungan, sosial budaya serta ekonomi.
Pada masa kehamilan terdapat berbagai komplikasi atau masalah-masalah yang
terjadi, seperti halnya mual-muntah yang sering di alami pada ibu hamil yang
merupakan salah satu gejala paling awal kehamilannya. Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan
sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari dan bahkan dapat
membahayakan hidup ibu hamil. Disamping itu Hiperemesis Gravidarum juga yaitu mual dan muntah yang berat
sehingga menyebabkan pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum
Ibu menjadi buruk Mual dan muntah 60-80% sering terjadi pada primigravida,
(Tiran,
2009) Mual (Nausea) dan muntah
(Emesis Gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering terdapat pada kehamilan
trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul
setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu
setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10
minggu (Prawirohardjo, 2007). Mual muntah yang berlebihan menyebabkan cairan
tubuh berkurang, sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) dan sirkulasi
darah ke jaringan terlambat. Jika hal itu terjadi, maka konsumsi oksigen dan
makanan ke jaringan juga ikut berkurang. Kekurangan oksigen dan makanan ke
jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat mengurangi kesehatan
ibu dan perkembangan janin yang dikandungnya. Kasus semacam ini memerlukan
penanganan yang serius.
Berdasarkan
paparan diatas kami mengangkat judul mengenai “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HYPEREMIS GRAVIDARUM”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Konsep Dasar Medik pada Hyperemis Gravidarum?
2. Bagaimana
Konsep Dasar Keperawatan pada Hyperemis Gravidarum?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui Konsep Dasar Medik pada
Klien dengan Hyperemis Gravidarum
2.
Untuk mengetahui Konsep Dasar
Keperawatan pada Klien dengan Hyperemis Gravidarum
BAB
II
KONSEP
DASAR MEDIK
A. Defenisi
Hiperemesis gravidarum adalah muntah
yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala
apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan
sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan
menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti
appendisitis, pielititis, dan sebagainya.
Hiperemesis gravidarum adalah mual
dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sehingga mengganggu pekerjaan
sehari-hari dan keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi.
Hiperemesis gravidarum adalah mual
dan muntah berlebihan selama masa hamil. Muntah yang membahayakan ini dibedakan
dari morning sickness normal yang umum dialami wanita hamil karena
intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama trimester pertama
kehamilan.
Hiperemesis gravidarum adalah
vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa kehamilan, yang
menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi,
dan kehilangan berat badan.
B. Anatomi Fisiologi
1. Alat kelamin luar (genetalia
eksterna)
a. Monsveneris
Bagian yang
menonjol meliputi bagian simfisis yang terdiri dari jaringan lemak, daerah ini
ditutupi bulu pada masa pubertas.
b. Vulva
Adalah
tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva dilingkari oleh labio
mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi satu dan membentuk kommisura
posterior dan perineam. Di bawah kulitnya terdapat jaringan lemak seperti yang
ada di mons veneris.
c. Labio mayora
Labio mayora
(bibir besar) adalah dua lipatan besar yang membatasi vulva, terdiri atas
kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat pubertas tumbuh rambut
di mons veneris dan pada sisi lateral.
d. Labio minora
Labio minora
(bibir kecil) adalah dua lipatan kecil diantara labio mayora, dengan banyak
kelenjar sebasea. Celah diantara labio minora adalah vestibulum.
e. Vestibulum
Vestibulum
merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labio minora), maka belakang
dibatasi oleh klitoris dan perineum, dalam vestibulum terdapat muara-muara dari
liang senggama (introetus vagina uretra), kelenjar bartholimi dan kelenjar
skene kiri dan kanan.
f. Himen (selaput dara)
Lapisan
tipis yang menutupi sebagian besar dan liang senggama ditengahnya berlubang
supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar, letaknya mulut vagina pada
bagian ini, bentuknya berbeda-beda ada yang seperti bulan sabit, konsistensi
ada yang kaku dan yang lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat
dilalui satu jari.
g. Perineum
Terbentuk
dari korpus perineum, titik temu otot-otot dasar panggul yang ditutupi oleh
kulit perineum.
2. Alat kelamin dalam (genetalia interna)
a. Vagina
Tabung, yang
dilapisi membran dari jenis jenis epitelium bergaris, khusus dialiri banyak
pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari vestibulum sampai uterus 7½
cm. Merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus. Dinding depan
liang senggama (vagina) 9 cm, lebih pendek dari dinding belakang. Pada puncak
vagina sebelah dalam berlipat-lipat disebut rugae.
b. Uterus
Organ yang
tebal, berotot berbentuk buah Pir, terletak di dalam pelvis antara rectum di
belakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut miometrium. Uterus
terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan 2 cm. Berat 50 gr,± 5 cm, tebal
±ligament.
Panjang uterus 7½ cm, lebar dan berat
30-60 gr. Uterus terdiri dari :
1) Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian
uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada pemeriksaan kehamilan,
perabaan fundus uteri dapat memperkirakan usia kehamilan.
2) Korpus uteri
Bagian
uterus yang terbesar pada kehamilan, bgian ini berfungsi sebagai tempat janin
berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau
rongga rahim.
3) Servix uteri
Ujung servix
yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan antara kavum uteri dan
kanalis servikalis disebut ostium uteri internum.
4) Ovarium
Merupakan
kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus dibawah tuba uterine
dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus.
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi
dilapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak lipatan sehingga
memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus. Sebagian sel tuba mensekresikan
cairan serosa yang memberikan nutrisi pada ovum. Tuba fallopi disebut juga
saluran telur terdapat 2 saluran telur kiri dan kanan. Panjang kira-kira 12 cm
tetapi tidak berjalan lurus. Terus pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk
memeluk ovum saat ovulasi agar masuk ke dalam tuba
3.
Fisiologi
kehamilan
Manusia
Terbentuk diawali oleh pertemuansebuah sel telur (ovum) dengan sebuah sel
sperma(spermatozoa). Pertemuan ini menghasilkan noktah yang disebut zigot. Di
dalam perut ibu, zigot lama-kelamaan akan tumbuh berkembang menjadi janin. Pada
manusia, proses pertumbuhan janin di dalam perut ibu dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu pertumbuhan janin trimester pertama, trimester kedua, dan trimester
ketiga. Satu trimester itu adalah selama 13 minggu atau kurang lebih tiga
bulan.
a.
Tahapan Perkembangan janin Trimester Pertama
Trimester pertama merupakan waktu pembentukan dan gan
pesat dari semua sistem dan organ tubu bayi. Semua cikal bakal organ
penting janin terbentuk di trimester
ini. Yang harus diperhatikan benar, kurun waktu ini amat rawan terhadap
kemungkinan terjadi kecacatan fatal.
b.
Pertumbuhan Janin Trimester Kedua
Pertumbuhan janin di trimester kedua ditandai dengan
percepatan pertumbuhan dan pematangan fungsi seluruh jaringan dan organ tubuh.
c.
Pertumbuhan Janin Trimester Ketiga
Pada trimester ketiga, masing-masing fungsi organ
tubuh semakin matang. Gerakan janin makin kuat dengan intensitas yang makin
sering, sementara denyut jantungnya pun kian mudah didengar.
C. Klasifikasi
Tidak ada
batasan yang jelas antara mual yang bersifat fisiologis dengan hiperemesis
gravidarum, tetapi bila keadaan umum ibu hamil terpengaruh sebaiknya dianggap
sebagai hiperemesis gravidarum.Menurut berat ringannya gejala hiperemesis
gravidarum dapat dibagi ke dalam tiga tingkatan sebagai berikut :
2.
Tingkat II
3.
Tingkat III
D. Etiologi
Etiologi
hyperemis gravidarum belum diketahui dengan pasti, dahulu penyakit ini
dikelompokkan kedalam penyakit toksemia gravidarum karena diduga adanya semacam
“racun” yang berasal dari janin atau kehamilan, penykit ini juga digolongkan
kedalam gentosis bersama pre eklamsi dan eklamsi. Menurut Sastrawinata (2005),
nama gestosis dini diberikan untuk hiperemis gravidarum dan gestosis lanjut
untuk hipertensi (pre-eklamsi dan eklamsi) dalam kehamilan.
Beberapa
teori menjelaskan penyebab terjadinya hyperemis gravidarum, namun tak satupun
yang dapat menjelaskan proses terjadinya secara tepat (Simpson, et all., 2001).
Teori tersebut antara Lain Teori Endokrin, Teori Metabolic, Teori Alergi, Teori
Infeksi, Dan Teori Psikosomatik (Family Nurse Practitioner Program, 2002; Kuscu
& Koyuncu, 2002; Tiran, 2004).
1. Teori
Endokrin, menyatakan bahwa peningkatan kadar progesterone, estrogen, dan Human
Chorionic Gonadotropin (HCG) dapat menjadi faktor pencetus mual muntah.
Peningkatan hormone progesterone menyebabkan otot polos pada sistem
gastrointestinal mengalami relaksasi, hal itu mengakibatkan penurunan motilitas
lambung sehingga pengosongan lambung melambat. Refluks esophagus, penurunan
motilitas lambung, dan penurunan sekresi dari asam hidroklorid juga
berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Selain itu HCG juga
menstimulasi kelenjar tiroid yang dapat mengakibatkan mual muntah.
2. Teori
Metabolik menyatakan bahwa kekurangan vitamin B6 dapat mengakibatkan mual
muntah pada kehamilan. Adanya histamin sebagai pemicu dari mual muntah mendukung
ditegakkannya teori alergi sebagai etiologi hyperemis gravidarum. Lebih jauh,
mual dan muntah berlebihan juga terjadi pada klien yang sangat sensitive
terhadap sekresi dari korpus luteum
3. Teori
Infeksi, menurut penelitian yang dilakukan oleh Kocak, et al. (1999) menemukan
adanya hubungan antara infeksi Helicobacter pylori dengan terjadinya hyperemis
gravidarum, sehingga dijadikan dasar dikemukakannya teori infeksi sebagai
penyebab hiperemis gravidarum.
4. Faktor
psikologis, menurut Leeners & Sauer (2000) menyatakan bahwa faktor
psikologis sangat kuat terlibat sebagai etiologi hiperemis gravidarum dan
dampaknya tidak hanya pada lama dan beratnya gejala namun juga menimbulkan
resisten terhadap pengobatan yang diberikan. Mazotta, et all. (2000) menyetujui
hal ini dan mengakui bahwa beratnya muntah ada hubungannya dengan resistensi
pemberian medikasi antiemetik. hyperemis gravidarum merupakan keadaan gangguan
psikologis yang dirubah dalam bentuk gejala fisik. Kehamilan yang tidak
direncanakan dan tidak diinginkan serta tekanan pekerjaan dan pendapatan
menyebabkan terjadinya perasaan berduka, ambivalen, serta konflik, dan hal
tersebut dapat menjadi faktor psikologis penyebab hiperemis gravidarum.
E. Patofisiologi
Patofisiologi
hiperemis gravidarum masih belum jelas namun peningkatan kadar progesterone,
estrogen, dan Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dapat menjadi faktor pencetus
mual muntah. Peningkatan hormone progesterone menyebabkan otot polos pada
sistem gastrointestinal mengalami relaksasi, hal itu mengakibatkan penurunan
motilitas lambung sehingga pengosongan lambung melambat. Refluks esophagus,
penurunan motilitas lambung, dan penurunan sekresi dari asam hidroklorid juga
berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah muntah. Hal ini diperberat
dengan adanya penyebab lain berkaitan dengan faktor psikologis, spiritual,
lingkungan, dan sosiokultural.
Hiperemis
Gravidarum yang merupakan komplikasi pada hamil muda bila terjadi terus-menerus
daoat menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit disertai alkalosis
hipokloremik, serta dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energy. Oksidasi lemak yang tidak sempurna menyebabkan
ketosis dengan tertimbunnya asam asetoasetik, asam hidroksi butirik, dan aseton
dalam darah.
Kekurangan
intake dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga
cairan ekstraselular dan plasma berkurang. Natrium dan klorida dalam darah
maupun dalam urine turun, selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga
menyebabkan aliran darah ke jaringan berkurang. Kekurangan kalium sebagai
akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal berakibat frekuensi
muntah bertambah banyak, sehingga dapat merusak hati dan terjadilah “lingkaran
setan” yang sulit dipatahkan.
Keadaan
dehidrasi dan intake yang kurang mengakibatkan penurunan berat badan yang
terjadi bervariasi tergantung durasi dan beratnya penyakit. Pencernaan serta
absorpsi karbohidrat dan nutrisi lain yang tidak adekuat mengakibatkan tubuh
membakar lemak untuk mempertahankan panas dan energi tubuh. Jika tidak ada
karbohidrat maka lemak digunakan untuk menghasilkan energi, akibatnya beberapa
hasil pembakaran dari metabolism lemak terdapat dalam darah dan urine (terdapat
atau kelebihan keton dalam urine)
Pada beberapa
kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan malnutrisi dan dehidrasi
yang menyebabkan terdapatnya nonprotein nitrogen, asam urat, urea, dan
penurunan klorida dalam darah. Kekurangan vitamin B1, B6, dan B12 mengakibatkan
terjadinya neuropati perifer dan anemia bahkan pada kasus berat, kekurangan
vitamin B12 dapat mengakibatkan terjadinya Wernicke enchepalopati, hal tersebut
juga didukung oleh Friedman (1998), Manuaba (2001), dan Wiknjosastro (2002)
yang menyatakan bahwa Wernicke enchepalopati dapat timbul sekunder akibat
defisiensi tiamin.
A. Manifestasi Klinik
Menurut berat ringannya
gejala hiperemis gravidarum dapat dibagi kedalam tiga tingkatan, yaitu :
1. Tingkat
1
Muntah terus-menerus
yang mempengaruhi keadaan umum. Pada tingkatan ini klien merasa lemah, nafsu
makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi
meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistol menurun, dapat
disertai peningkatan suhu tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering, dan mata
cekung.
2. Tingkat
II
Klien tampak lebih
lemah dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah kering dan tampak kotor,
nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, suhu kadang-kadang naik, mata cekung
dan sedikit ikterus, berat badan turun, hemokonsentrasi, oligouria, dan konstipasi.
Aseton dapat tercium dari hawa pernapasan karena mempunyai aroma yang khas, dan
dapat pula ditemukan dalam urine.
3. Tingkat
III
Keadaan umum lebih
parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nada kecil
dan cepat, tekanan darah menurun, serta suhu meningkat. Komplikasi fatal
terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai Wernicke enchepalopati. Gejala
yang dapat timbul seperti nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. Keadaan
ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.
Timbulnya icterus menunjukkan terjadinya payah hati. Pada tingkatan ini juga terjadi perdarahan dari esophagus,
lambung dan retina.
B. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalis
untuk menentukan adanya infeksi atau dehidrasai meliputi pemeriksaan keton,
albumin dan berat jenis urin
2. Kadar
hemoglobi (Hb ) dan hematoktit (Ht)
3. Pemeriksaan
elektrolit jika terjadi dehidrasi dan diduga terjadi muntah berlebihan meliputi
pemeriksaan natrium, kalium, klorida dan protein
4. Pemeriksaan
Blood Urea Nitrogen (BUN), nonprotein nitrogen dan kadar asam
5. Tiroid
Stimulating hormone (TSH) untuk menetukan penyakit pada tiroid
6. CBC,
amylase, lipase, keadaan hati atau jika diduga terjadi infeksi sebagai penyebab
7. Foto
abdomen jika ada indikasi gangguan abdomen akut
8. Kadar
hCG jika diduga kehamilan multipel atau molahidatiformis
C. Penatalaksanaan
Pengobatan
yang baik pada hyperemesis gravidarum sehingga dapat mencegah hiperemesis
gravidarum. Dalam keadaan muntah berlebihan dan dehidrasi ringan, penderita
hyperemesis gravidarum sebaiknya dirawat sehingga dapat mencegah hyperemesis
gravidarum. Konsep pengobatan yang dapat diberikan sebagai berikut
a. Isolasi
dan pengobatan psikologis
Dengan melakukan
isolasi di ruangan sudah dapat meringankan wanita hamil karena perubahan
suasana dari lingkungan rumah tangga. Petugas dapat memberikan komunikasi,
informasi dan edukasi tentang berbagai masalah berkaitan dengan kehamilan
b. Pemberian
cairan pengganti
Dalam keadaan darurat
diberikan cairan pengganti sehingga keadaan dehidrasi dapat diatasi. Cairan
pengganti yang dapat diberikan adalah glukosa 5% - 10% dengan keuntungan dapat
mengganti cairan yang hilang dan
berfungsi sebagai sumber energi, sehingga terjadi perubahan metabolisme dari
lemak dan protein menuju kea rah pemecahan glukosa. Dalam cairan dapat
ditambahkan vitamin C, B kompleks atau kalium yang diperlukan untuk kelancaran
metabolisme.
Selama pemberian cairan
harus mendapat perhatian tentang keseimbangan cairan yang masuk dan keluar
melaui kateter, nadi, tekanan darah, suhu dan pernafasan. Lancarnya pengeluaran
urine memberikan petunjuk bahwa keadaan
wanita hamil berangsur-angsur membaik.
c. Obat
yang dapat diberikan
Memberikan obat pada
hiperemis gravidarum sebaiknya berkonsultasi dengan dokter, sehingga dapat
dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik (dapat menyebabkan kelainan
kongenital cacat bawaan bayi) Komponen (susunan obat) yang dapat diberikan
1) Sedative
ringan
a) Phenobarbital
(luminal) 30 mg
b) Valium
2) Anti
alergi
a) Antihistamin
b) Dramamin
c) Avomin
3) Obat
anti mual muntah
a) Mediamer
B6
b) Emetrole
c) Stimetil
d) Avopreg
4) Vitamin
a) Terutama
vitamin B kompleks
b) Vitamin
C
D. Komplikasi
1. Dehidrasi
berat
2. Ikterik
3. Takikardia
4. Suhu
meningkat
5. Alkalosis
6. Kelaparan
7. Gangguan
emosionalyang berhubungan dengan kehamilan dan hubungan keluarga
8. Menarik
diri
9. Depresi
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat
kesehatan sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang
terdapat keluhan yang dirasakan oleh ibu sesuai dengan gejala-gejala pada
hiperemesis gravidarum, yaitu : mual dan muntah yang terus menerus, merasa
lemah dan kelelahan, merasa haus dan terasa asam di mulut, serta konstipasi dan
demam. Selanjutnya dapat juga ditemukan berat badan yang menurun. Turgor kulit
yang buruk dan gangguan elektrolit. Terjadinya oliguria, takikardia, mata
cekung, dan ikterus.
2. Riwayat
kesehatan dahulu
a. Kemungkinan
ibu pernah mengalami hyperemis gravidarum sebelumnya
b. Kemungkinan
ibu pernah mengalami penyakit yang berhubungan dengan sistem pencernaan
sehingga menyebabkan mual dan muntah
3. Riwayat
kesehatan keluarga
Kemungkinan
adanya riwayat kehamilan ganda pada keluarga.
4. Riwayat
perkawinan
Kemungkinan
terjadi pada perkawian usia muda.
5. Pola
gordon
a.
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Kaji tentang pandangan ibu mengenai
kesehatan terutama kesehatan dalam kehamilan, bagaimana ibu mempersepsikan
proses kehamilan itu sendiri dan bagaimana manajemen kesehatan yang dilakukan
ibu selama kehamilannya.
b. Pola
nutrisi dan metabolik
Kaji intake output nutrisi dan
cairan pada klien sehari-hari. Klien akan mengalami mual muntah
berlebihan,sehingga terjadi penurunan berat badan (5-10) dan intake output
tidak seimbang.
c. Pola
eliminasi
Klien akan mengalami perubahan pada
konsistesi defekasi,peningkatan frekuensi berkemih
d. Pola
aktivitas dan latihan
Klien biasanya mengalami tekanan
darah sistol menurun,denyut nadi meningkat (>100 kali per menit).frekuensi
pernafasan meningkat.Suhu kadang naik dan badan melemah
e. Pola
istirahat dan tidur
Klien akan mengalami gangguan
dengan pola tidurnya akibat ketidaknyamanan karena mual dan muntah yang
berlebihan.
f. Pola
persepsi dan kognitif
Klien tidak mengalami gangguan
dengan pola persepsi kognitif
g. Pola
persepsi dan konsep diri
Klien akan merasa terbebani dengan
penyakit yang dideritanya.Klien akan merasa dirinya hanya merepotkan orang lain
serta mengganggu aktivitasnya sehari-hari.Juga terjadi perubahan persepsi
tentang kondisinya.
h. Pola
peran dan hubungan
Klien akan mengalami gangguan dalam
berinteraksi dengan sesama.Klien merasa tidak mau membebani orang lain,sehingga
klien lebih memilih untuk menjalankan aktivitas dan berinteraksi dengan dirinya
sendiri
i. Pola
koping dan toleransi stres
Klien akan cemas dan takut yang
berlebihan berhubungan dengan kesehatannya sendiri dan janin yang di kandungnya
serta efek yang berakibat buruk terhadap kehamilannya.Klien akan berusaha untuk
bertanya dan mencari informasi tentang bagaimana menangani stres yang
dideritanya.
j. Pola
reproduksi dan seksual
Klien akan mengalami penghentian
menstruasi,bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus teraupeutik
k. Pola
nilai keyakinan
Klien akan terganggu dalam
menjalankan ibadah sehari-hari akibat ketidaknyamanan yang tengah dialaminya
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kurang asupan makan
2. Kekurangan
volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
3. Nyeri
Akut b/d Agens Cedera Biologis
4. Intoleransi
Aktivitas b/d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
5. Ketidakefektifan
koping b/d kurang percaya diri dalam kemampuan mengatasi masalah
C. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
|
NOC
|
NIC
|
1. Ketidakseimbangan
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kurang asupan makan
|
Status
Nutrisi
· Asupan
gizi, dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5
· Asupan
makanan, dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5
· Asupan
cairan, dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5
· Energy,
dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5
1. Sangat
menyimpang dari rentang normal
2. Banyak
menyimpang dari rentang normal
3. Cukup
menyimpang dari rentang normal
4. Sedikit
menyimpang dari rentang normal
5. Tidak
menyimpang dari rentang normal
|
Manajemen
nutrisi
· Tentukan
status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi.
· Identifikasi
adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien.
· Tentukan
jumlah kalori dan jenus nutrisi yang dibutuhkan nutrizi yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi.
· Ciptakan
lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makan.
· Monitor
makanan dan asupan makanan
· Monitor
kecenderungan terjadinya penurunan dan kenaikan berat badan pasien
Terapi Nuirisi
· Monitor
intake makanan/cairan dan hitung masukan kalori perhari,sesuai kebutuhan
· Pilih
suplemen nutrisi sesuai kebutuhan
· Sediakan
[bagi] pasien makanan dan minuman bernutrisi yang tinggi protein, tinggi
kalori dan mudah dikonsumsi, sesuai kebutuhan
· Monitor
hasil laboratorium, yang sesuai
|
2. Kekurangan
volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
|
Hidrasi
· Turgor
Kulit dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5
· Membrane
mukosa lembab dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5
· Intake
cairan dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5
· Output
Urin dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5
1. Sangat
Terganggu
2. Banyak
Terganggu
3. Cukup
Terganggu
4. Sedikit
Terganggu
5. Tidak
Terganggu
|
Manajemen
cairan
· Monitor
status hidrasi (misalnya, membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan
tekanan darah ortostatik)
· Berikan
cairan, dengan tepat
· Dukung
pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian makan dengan baik
· Berikan
diuretic yang diresepkan
Manajemen elektrolit
· Monitor
nilai serum elektrolit yang abnormal
· Lakukan
pengukuran untuk mengontrol kehilangan elektrolit yang berlebihan (misalnya,
dengan mengistirahatkan saluran cerna, perubahan diuretic, atau pemberian
antipiretik) dengan tepat
· Pertahankan
kepatenan akses IV
· Konsultasikan
dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala ketidakseimbangan nutrisi dan/atau
elektrolit menetap atau memburuk
|
3. Nyeri
Akut b/d Agens cedera biologis
|
Kontrol
Nyeri
·
Menggunakan jurnal harian untuk memonitor gejala dari waktu ke waktu
dipertahankan pada skala 4 ditingkatkan ke skala 5
·
Menggunakan analgesik yang direkomendasikan dipertahankan pada skala 3
ditingkatkan ke skala 4
·
Melaporkan perubahan nyeri pada profesional kesehatan (160513)
dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 4
·
Melaporkan nyeri yang terkontrol dipertahankan pada skala 3
ditingkatkan ke skala 4
1. tidak
pernah menunjukkan
2. jarang
menunjukkan
3. kadang-kadang
menunjukkan
4. sering
menunjukkan
5. secara
konsisten menunjukkan
|
Manajemen
nyeri
·
Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi
lokasi,karakteristik,onset/durasi,frekuensi,kualitas,intensitas atau beratnya
nyeri dan faktor pencetus
·
Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan terutama pada mereka yang tidak dapat berkomjunikasi
secara efektif
·
Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan
ketat
·
Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan (misalnya, suhu ruangan, pencahayaan,suara bising)
·
Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri.
|
4. Intoleransi
Aktivitas b/d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
|
Toleransi
terhadap Aktivitas
· Kemudahan
dalam melakukan Aktivitas Hidup Harian (Activities of Daily Living/ADL)
dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5.
· Kemampuan
untuk berbicara ketika melakukan aktivitas fisik dipertahankan pada skala 3
ditingkatkan ke skala 5
1. Sangat
Terganggu
2. Banyak
Terganggu
3. Cukup
Terganggu
4. Sedikit
Terganggu
5.
Tidak Terganggu
|
Manajemen
Energi
· Monitor
intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energy yang adekuat
· Tentukan
jenis dan banyaknya aktivitas yang dibutuhkan untuk menjaga ketahanan
· Pilih
intervensi untuk mengurangi kelelahan baik secara farmakologis maupun non
farmakologis, dengan tepat
· Tingkatkan
tirah baring/ pembatasan kegiatan (misalnya, meningkatkan jumlah waktu
istirahat pasien) dengan cakupannya yaitu pada waktu istirahat yang dipilih
|
6. Ketidakefektifan
koping b/d kurang percaya diri dalam kemampuan mengatasi masalah
|
Koping
· Mengidentifikasi
pola koping yang efektif dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 4
· Modifikasi
gaya hidup untuk mengurangi stress dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke
skala 4
· Menggunakan
sistem dukungan personal dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala 4
· Menyatakan
butuh bantuan dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan ke skala 5
1. Tidak
pernah menunjukkan
2. Jarang
menunjukkan
3. Kadang-kadang
menunjukkan
4. Sering
menunjukkan
5. Secara
konsisten menunjukkan
|
Peningkatan
Koping
· Bantu
pasien untuk menyelesaikan masalah dengan cara konstruktif
· Gunakan
pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan
· Sediakan
pasien pilihan-pilihan yang realistis mengenai aspek perawatan
· Instruksikan
pasien untuk menggunakan teknik relaksasi sesuai dengan kebutuhan
Manajemen lingkungan
· Ciptakan
lingkungan yang aman bagi pasien
· Identifikasi
kebutuhan keselamatan pasien berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta
riwayat perilaku dimasa lalu
· Kendalikan
atau cegah kebisingan yang tidak diinginkan atau berlebihan, bila
memungkinkan
· Edukasi
pasien dan pengunjung mengenai perubahan/ tindakan pencegahan, sehingga
mereka tidak akan dengan sengaja mengganggu lingkungan yang direncanakan
|
D. Discharge Planning
1. Memberikan
penerapan tentang kehamilan dan persalinan
sebagai suatu proses yang fisiologik.
2. Memberikan
keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan gejala yang
fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
3. Menganjurkan
mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering
4. Menganjurkan
pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur,terlebih dahulu
makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat
5. Makanan yang
berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
6. Menghindari
kekurangan kardohidrat merupakan factor penting, dianjurkan makanan yang banyak
mengandung gula
DAFTAR
PUSTAKA
Aspiani, R. Y. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan
Maternitas Aplikasi NANDA, NIC dan NOC. Jakarta: CV.Trans Info Media.
Magfirah, A. (2013). Riwayat Hiperemis Gravidarum
Terhadap Risiko Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Banda Aceh. Idea Nursing
Journal, 21-25.
Oktavia, L. (2016). Kejadian Hiperemis Gravidarum
Ditinjau dari jarak kehamilan dan paritas. Jurnal Ilmu Kesehatan Aisyah,
41-45.
Runiari, N. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Hiperemis Gravidarum. Jakarta: Salemba Medika.
Sumai, E., Femmy, K., & Manueke, I. (2014).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hiperemis Gravidarum di Rumah
Sakit Umum Daerah dr.Sam Ratulangi Tondano Kabupaten Minahasa provinsi Sulawesi
Utara. Jurnal Ilmiah Bidan, 61-65.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar